[Opinion Article] Kunjungan Olaf Scholz ke Tiongkok Sebagai Perwujudan Kebijakan Germany First dan Implikasinya bagi Kesatuan Uni Eropa

FPCI Airlangga
6 min readNov 21, 2022

--

Arya Ahmad Afani — Universitas Airlangga

Kunjungan Kanselir Jerman Olaf Scholz ke Tiongkok pada 4 November 2022 menimbulkan kekhawatiran dari politik domestik ataupun regional, mengingat Xi Jinping baru saja mengamankan posisinya sebagai pemimpin Tiongkok untuk ketiga kalinya dalam Kongres Partai ke-20. Scholz menjadi pemimpin negara G7 pertama yang berkunjung ke Tiongkok sejak munculnya pandemi Covid-19 pada 2019. Scholz ditemani CEO dari dua belas perusahaan blue chip seperti Merck, Siemen, dan Volkswagen sehingga menunjukan bahwa kepentingan ekonomi menjadi motivasi utama kunjungan Scholz ke tiongkok. Dalam potongan opininya, Scholz menekankan bahwa Tiongkok tetap menjadi mitra dagang dan bisnis penting bagi Jerman di tengah situasi geopolitik yang kian memanas. Dalam bkerja sama dengan Tiongkok, Jerman akan mengedepankan kebijaksanaan dan pragmatisme terutama di bidang perdagangan dan investasi demi mengurangi dependensi. Jerman juga menegaskan bahwa prospek kerja sama dengan Tiongkok masih terbuka lebar terutama di bidang yang terdapat kepentingan bersama. Hal ini sesuai dengan EU-China Strategic Outlook 2019 yang melabeli Tiongkok sebagai mitra, kompetitor ekonomi, dan rival sistemik. Tulisan ini bertujuan untuk membahas alasan, postur, dan implikasi postur kebijakan Jerman di bawah kepemimpinan Scholz.

Kunjungan tersebut tidak terlepas dari hubungan ekonomi Jerman-Tiongkok. Tiongkok merupakan partner dagang terbesar Jerman selama enam tahun terakhir dengan nilai perdagangan sebesar 246,5 miliar euro pada 2021. Menurut Laporan dari Rhodium Group (2022), Jerman merupakan investor terbesar Tiongkok di Eropa, berkontribusi rata-rata 43% dari total investasi Eropa selama empat tahun terakhir. Empat perusahaan asal Jerman, yaitu Volkswagen, BMW, Daimer, dan BASF berkontribusi 34% total FDI Tiongkok dari Eropa dari tahun 2018 hingga 2021. Tren ini disebabkan oleh efek keunggulan penggerak utama perusahaan Jerman di pasar Tiongkok, subsidi dan dukungan dari pemerintah Jerman, pasar Tiongkok yang sedang berkembang, dan investasi di bidang manufaktur dan industri teknik yang membutuhkan investasi besar yang tetap. Tiongkok merupakan pasar terbesar bagi Mercedes, Volkswagen, Audi, dan BMW, berkontribusi sekitar 44,5%, 40%, 41,7%, dan 33,6% dari total penjualan mobil dunia masing-masing perusahaan. Federasi Industri Jerman mengatakan bahwacontainment’ atau ‘decoupling dari Tiongkok bukan merupakan suatu opsi.

Kunjungan Scholz dan meningkatnya ketergantungan ekonomi Jerman terhadap Tiongkok tidak direspons positif baik oleh politikus domestik ataupun negara Barat. Perancis kecewa atas kunjungan tersebut karena Jerman menolak untuk berkunjung bersama sehingga menghambat proses perumusan pendekatan bersama Uni Eropa (UE) terhadap Tiongkok. Keputusan Scholz untuk menjual 24,9% kepemilikan salah satu terminal di pelabuhan Hamburg ke BUMN Tiongkok Cosco juga menuai kontroversi. Pada awalnya, enam kementerian Jerman dan beberapa partai koalisi dan oposisi yang meninjau penjualan tersebut menolak keputusan Scholz karena alasan keamanan. Namun setelah melalui proses kompromi, Scholz menurunkan kepemilikan yang dijual dari 35% ke 24,9% dan mencabut beberapa hak strategis Cosco dalam kegiatan operasional terminal pelabuhan tersebut. Kecenderungan Scholz ini menunjukkan tendensi untuk melanjutkan pendekatan Business First yang ditinggalkan Merkel. Padahal, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Berbock telah mengingatkan bahwa Jerman harus lebih mempertimbangkan risiko jangka panjang dan potensi dependensi. Selain itu, polling yang dilakukan ZDF pada Oktober 2022 menyimpulkan bahwa 84% masyarakat Jerman setuju untuk mengurangi ketergantungan ekonomi terhadap Tiongkok.

Tiga pilar kesuksesan ekonomi Jerman adalah energi murah Rusia, pengeluaran pertahanan yang rendah, dan pasar Tiongkok yang besar. Hilangnya dua pilar utama membuat Scholz berada di posisi yang sulit. Di satu sisi, meningkatnya ketergantungan ekonomi terhadap Tiongkok akan meningkatkan pengaruh Tiongkok atas politik Jerman. Tiongkok pernah menggunakan pengaruhnya untuk menekan perusahaan suku cadang asal Jerman Continental AG untuk berhenti menggunakan komponen yang terbuat dari Lithuania. Di sisi lain, Jerman membutuhkan pasar Tiongkok untuk memulihkan ekonominya di tengah krisis energi dan Perang Rusia-Ukraina. Kepala Intelijen Jerman Bruno Kahl mengatakan bahwa komunitas bisnis Jerman masih memiliki kenaifan terhadap Tiongkok sehingga Scholz memilih opsi pertama meskipun terdapat perlawanan dari partai koalisinya sendiri. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya investasi dari perusahaan-perusahaan Jerman untuk merelokasi atau mendirikan tempat manufakturnya di Tiongkok. BMW menghentikan produksi mobil listrik mininya di Inggris pada akhir 2023 dan merelokasikannya ke Tiongkok. Audi juga telah sepakat untuk mendirikan tempat manufaktur mobil listrik di Changchun yang akan selesai pada 2024.

Jerman tentu masih mengingat bagaimana dependensi energi terhadap Rusia bisa menjadi bumerang dalam jangka panjang. Banyak akademisi dan politisi yang melihat bahwa manuver Scholz akan membawa Jerman ke dalam jurang yang sama. Namun, terdapat implikasi lain yang cukup signifikan, yaitu kesatuan dan solidaritas UE. Jerman sebagai pemimpin alamiah UE bersama Perancis tentu selalu dijadikan patokan bagi negara anggota UE lain. Citra Jerman pada saat ini sedang mengalami penurunan akibat tindakan-tindakan unilateral yang dilakukan seperti rencana pemberian subsidi energi senilai 200 miliar euro yang berpotensi memicu perang subsidi di UE, dukungan dan bantuan yang terbatas untuk Ukraina terutama pada periode awal Perang Rusia-Ukraina, dan kunjungan unilateral Scholz ke Tiongkok. Kita sudah lihat bagaimana Perang Rusia-Ukraina membagi UE antara negara russia-sceptics di Baltik dan Eropa Timur serta non russia-sceptics di Eropa Barat sehingga bantuan yang diberikan ke Ukraina kurang maksimal. Hal tersebut berpotensi untuk terjadi kembali ketika Tiongkok menginvasi Taiwan. Dengan demikian, Jerman harus sadar bahwa tindakan unilateralnya tidak hanya berdampak pada faktor domestiknya, tetapi juga kawasan dan bahkan internasional sehingga kebijakan Germany first’ perlu dipertimbangkan kembali.

Highlights

Jerman sudah kehilangan dua dari tiga pilar kesuksesan ekonominya, yaitu energi murah Rusia dan pengeluaran pertahanan yang rendah. Namun, kunjungan Jerman ke Tiongkok untuk mengamankan pilar ketiga menuai banyak kontroversi. Kita sudah menyaksikan bagaimana Perang Rusia-Ukraina membagi UE antara negara russia-sceptics di Baltik dan Eropa Timur serta non russia-sceptics di Eropa Barat sehingga bantuan yang diberikan ke Ukraina kurang maksimal terutama pada awal perang. Hal tersebut berpotensi untuk terjadi kembali ketika Tiongkok menginvasi Taiwan. Jerman harus sadar bahwa tindakan unilateralnya tidak hanya berdampak pada faktor domestiknya, tetapi juga kawasan dan bahkan internasional sehingga kebijakan Germany first’ perlu dipertimbangkan kembali.

Referensi

Aljazeera, 2022. “Germany’s Olaf Scholz meets China’s Xi Jinping as trade in focus” [daring]. Dalam https://www.aljazeera.com/news/2022/11/4/germany-chancellor-olaf-scholz-visits-china-with-eye-on-trade [diakses pada 13 November 2022].

______, 2022. “China’s Xi secures third term, stacks leadership team with allies” [daring]. Dalam https://www.aljazeera.com/news/2022/10/23/xi-jinping-secures-historic-third-term-as-chinas-leader [diakses pada 13 November 2022].

Audi, 2022. “New production site for electric models in China: Audi achieves milestone” [daring]. Dalam https://www.audi-mediacenter.com/en/press-releases/new-production-site-for-electric-models-in-china-audi-achieves-milestone-14501 [diakses pada 13 November 2022].

Benner, Thorsten, 2022. “Olaf Scholz Has a China Problem” [daring]. Dalam https://foreignpolicy.com/2022/10/31/germany-olaf-scholz-china-investment-problem/ [diakses pada 13 November 2022].

Burchard, Hans, 2022. “Germany’s Scholz flies out under fire to meet Xi” [daring]. Dalam https://www.politico.eu/article/germany-olaf-scholz-criticism-embarks-china-trip-visit-xi-jinping/ [diakses pada 13 November 2022].

Burnett, Aaron, 2022. “EXPLAINED: Why is Olaf Scholz’s stance on China so controversial in Germany?” [daring]. Dalam https://www.thelocal.de/20221026/explained-why-is-olaf-scholzs-stance-on-china-so-controversial-in-germany/ [diakses pada 13 November 2022].

Carlier, Mathilde, 2022. “Mercedes-Benz Cars: regional car sales 2021” [daring]. Dalam https://www.statista.com/statistics/475622/vehicle-sales-of-mercedes-benz-in-various-markets/ [diakses pada 13 November 2022].

______, 2022. “BMW Group’s key automobile markets 2021” [daring]. Dalam https://www.statista.com/statistics/267252/key-automobile-markets-of-bmw-group/ [diakses pada 13 November 2022].

Car Sales Statistic, 2022. “2021 (Full Year) Global: Audi Worldwide Sales by Country” [daring]. Dalam https://www.best-selling-cars.com/brands/2021-full-year-global-audi-worldwide-sales-by-country/#google_vignette [diakses pada 13 November 2022].

DW, 2022. “China spying on Germany, say intelligence chiefs” [daring]. Dalam https://www.dw.com/en/china-spying-on-germany-say-intelligence-chiefs/a-63467038 [diakses pada 13 November 2022].

European Commission, 2019. EU-China — A strategic outlook [Joint Communication], 12 Maret 2019.

Federation of German Industry, 2019. “Partner and Systemic Competitor — How Do We Deal with China’s State-Controlled Economy?”, BDI Policy Paper China.

France24, 2022. “Germany allows controversial Chinese stake in Hamburg port” [daring]. Dalam https://www.france24.com/en/live-news/20221026-germany-allows-controversial-chinese-stake-in-hamburg-port [diakses pada 13 November 2022].

Karnitschnig, Matthew, 2022. “Olaf Scholz’s message to Europe: Germany First” [daring]. Dalam https://www.politico.eu/article/olaf-scholz-message-europe-germany-first/ [diakses pada 13 November 2022].

Kumar, Nikhil, 2022. “Germany is spending $200 billion to fight Putin’s energy squeeze. Will it end up dividing Europe?” [daring]. Dalam https://www.grid.news/story/global/2022/10/26/germany-is-spending-200-billion-to-fight-putins-energy-squeeze-will-it-end-up-dividing-europe/ [diakses pada 13 November 2022].

Limin, An, Denise Jia, 2022. “Volkswagen’s EV Missteps in China” [daring]. Dalam https://www.sixthtone.com/news/1009921/volkswagens-ev-missteps-in-china [diakses pada 13 November 2022].

Rhodium Group, 2022. “The Chosen Few: A Fresh Look at European FDI in China” [daring]. Dalam https://rhg.com/research/the-chosen-few/ [diakses pada 13 November 2022].

Rinke, Andreas, Jan Schwartz, 2022. “German go-ahead for China’s Cosco stake in Hamburg port unleashes protest” [daring]. Dalam https://www.reuters.com/markets/deals/german-cabinet-approves-investment-by-chinas-cosco-hamburg-port-terminal-sources-2022-10-26/ [diakses pada 13 November 2022].

Scholz, Olaf, 2022. “We don’t want to decouple from China, but can’t be overreliant” [daring]. Dalam https://www.bundeskanzler.de/bk-en/news/chancellor-guest-article-politico-china-2139576 [diakses pada 13 November 2022].

Shankar, Priyanka, 2022. “Ukraine crisis: Why is Germany out of step with the US, Europe?” [daring]. Dalam https://www.aljazeera.com/news/2022/1/31/ukraine-crisis-questions-germanys-stance-towards-russia [diakses pada 13 November 2022].

Statistisches Bundesamt, 2022. “The People’s Republic of China is again Germany’s main trading partner” [daring]. Dalam https://www.destatis.de/EN/Themes/Economy/Foreign-Trade/trading-partners.html [diakses pada 13 November 2022].

--

--

FPCI Airlangga
FPCI Airlangga

Written by FPCI Airlangga

FPCI Chapter Universitas Airlangga is a non-profit and political free organization focusing youth movement on foreign policy and international relation matters.

No responses yet