[News Article] Wabah Cacar Monyet: Anomali Kesehatan Global dan Obligasi Moral Negara-Negara Episentrum
Agastya Pandu Wisesa — FPCI Universitas Airlangga
Monkeypox atau cacar monyet adalah virus zoonosis (virus yang ditularkan ke manusia dari hewan) dengan gejala yang mirip dengan yang terlihat di masa lalu pada pasien cacar meskipun secara klinis tidak terlalu parah (WHO, 2022). Meskipun WHO tidak mengaktifkan tingkat siaga tertinggi, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan wabah cacar monyet telah menimbulkan kekhawatiran serius disebabkan oleh penyebaran wabah yang cepat di negara-negara di mana virus itu biasanya tidak ditemukan. Wabah ini, dalam sejarahnya, hanya menyebar pada tingkat rendah di bagian terpencil Afrika Barat dan Tengah. Sementara saat ini, 85% kasus yang dilaporkan di seluruh dunia berada di Eropa, yang menandakan terjadinya anomali (Kimball, 2022).
Meskipun selama era pandemi perjalanan klinisnya ringan dan tingkat penularannya rendah, cacar monyet telah diperlakukan sebagai ancaman potensial terkait kesehatan masyarakat global. Hal tersebut dikarenakan penyebaran cacar monyet menyimpan potensi koinfeksi dengan SARS-CoV-2 yang dapat memfasilitasi munculnya varian baru. Perubahan pola inefektivitas, keparahan, manajemen, atau respon terhadap kedua penyakit, lebih lanjut dapat berdampak negatif pada efisiensi tes diagnostik dan upaya vaksinasi. Meskipun demikian, terlalu dini untuk memahami apakah wabah cacar monyet saat ini adalah fenomena independen, atau fenomena yang telah diperparah oleh pandemi COVID-19. Ketidakpastian inilah yang lantas menuntut otoritas kesehatan untuk memberikan respons dengan mengambil tindakan pencegahan (Farahat et al, 2022).
Dalam konteks pencegahan cacar monyet, beberapa ilmuwan sejatinya telah menyarankan agar negara berhati-hati menjelang musim festival. Dengan acara besar yang berlangsung di seluruh Eropa musim panas ini, terdapat risiko infeksi yang lebih besar saat orang banyak bercampur (Pinkstone, 2022). Namun, keterlambatan otoritas kesehatan untuk melakukan tindakan pencegahan membuat Eropa tidak hanya menjadi pusat wabah, tetapi juga sebagai kawasan yang memiliki obligasi tambahan untuk membendung penyebaran wabah agar tidak meluas dengan mengembangkan strategi vaksinasi yang manjur (Kupferschmidt, 2022).
Referensi:
Farahat, R. A., Abdelaal, A., Shah, J., Ghozy, S., Sah, R., Bonilla-Aldana, D. K., Rodriguez-Mirales, A. J., McHugh, T. D. & Leblebicioglu, H., 2022. “Monkeypox outbreaks during COVID-19 pandemic: are we looking at an independent phenomenon or an overlapping pandemic?”, Annals of Clinical Microbiology and Antimicrobials, 21(1):26.
Kimball, S., 2022. “World Health Organization says monkeypox is not a global health emergency right now” [Daring]. Dalam https://www.cnbc.com/2022/06/25/world-health-organization-says-monkeypox-is-not-a-global-health-emergency-right-now.html [diakses pada 1 Juli 2022].
Kupferschmidt, K., 2022. “As monkeypox threat grows, scientist debate best vaccine strategy” [Daring]. Dalam https://www.science.org/content/article/monkeypox-threat-grows-scientists-debate-best-vaccine-strategy [diakses pada tanggal 30 Juni 2022].
WHO., 2020. “Monkeypox” [Daring]. Dalam https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/monkeypox [diakses pada tanggal 30 Juni 2022].