[News Article] Untung-Buntung Indonesia Membeli Minyak Rusia: Antara Ancaman Embargo Barat dan Inflasi Domestik
Philipus Mikhael Priyo Nugroho — FPCI Airlangga
Semenjak wacana untuk mengimpor minyak Rusia dipublikasikan Presiden Joko (Jokowi) Widodo digulirkan hampir sebulan lalu, nasib isu tersebut masih terombang-ambing ketidakpastian. Pengguliran wacana itu berkaitan erat dengan invasi Rusia terhadap Ukraina dan pelbagai sanksi yang dijatuhkan ke Rusia setelahnya. Dalam bayang-bayang ketidakpastian global, harga minyak Rusia yang rata-rata lebih murah 30% ketimbang indikator dunia berpotensi menjadi penangkal inflasi domestik yang terus menanjak (Bloomberg News 2022, 31 Mei). Oleh karena alasan-alasan tersebut, diskursus keputusan Indonesia, antara untuk atau tidak untuk membeli minyak Rusia, sukar untuk pudar dalam studi pertahanan energi dan ekonomi Indonesia. Memanfaatkan bangunan-bangunan fakta sekaligus analisis-analisis terdahulu, artikel ini diparipurnakan dengan sejumlah rekomendasi kebijakan.
Sebagai bagian dari OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries), Rusia merupakan produsen terbesar ketiga dan eksportir kedua terbesar atas minyak mentah global (IEA 2022). Melansir Statista Research Department (2022a), Rusia diperkirakan memproduksi minyak mentah sekitar 9.8 juta barel per hari (jbh) pada Bulan Agustus tahun ini. Per Desember tahun lalu pula, negara tersebut total mengekspor minyak sebesar 7.8 jbh (ibid.). Aspek lain dari perdagangan global, akan tetapi, merupakan pembeli komoditas. Negara-negara Uni Eropa (UE) dipastikan merupakan importir terbesar minyak Rusia pra invasi dengan 2.2 juta barel minyak mentah per harinya yang diimpor UE pada 2021 (IEA dalam Reuters 2022a, 31 Mei). Meskipun misalnya, Slovakia, Hungaria, dan Ceko bergantung kepada Rusia akan lebih dari separuh kebutuhan minyak mereka, supranasionalitas UE memaksa mereka untuk turut mengembargo pembelian minyak Rusia pasca invasinya ke Ukraina (Prokopenko 2022).
Invasi yang sepihak diklaim Rusia sebagai “Operasi Militer Spesial” tersebut telah menjalani berbagai dinamika selama hampir delapan bulan sejak permulaannya pada 24 Februari 2022 (Reuters 2022b, 24 Februari). Terlepas dari kemelut peperangan yang terjadi, eskalasi konflik tersebut signifikan mendestabilisasi rantai pasok global atas bermacam komoditas, utamanya energi. Misalkan sebagai negara net importer minyak, Indonesia berkepentingan kuat akan stabilitas pada rantai pasok komoditas tersebut demi menjaga harga domestik — sesuatu yang tengah terancam akibat kisruh geopolitik dan lunturnya kepercayaan pasar. Berbeda dengan ambiguitas Indonesia, UE (2022) memberitakan bahwa organisasi tersebut telah menyetujui enam paket sanksi yang didalamnya termasuk pelarangan importasi produk minyak Rusia. Meskipun produksi minyak Rusia per Agustus hanya berkontraksi 3%, sejumlah analis menyatakan bahwa Rusia perlu mereorientasikan ekspor minyaknya dan mencari pasar baru (The Guardian 2022).
Fluktuasi harga minyak mentah berjangka dari 124 dolar AS per barel (Juni), menurun ke 80 dolar AS (September), hingga kembali menanjak ke sekitar 96 dolar AS per barel menurut indeks terkini (Tempo 2022; Bloomberg 2022). Memperkuat pondasi penanjakan harga ini dan menggaet pasar baru, Rusia berhasil memersuasi OPEC untuk membatasi produksi minyak mentah global kedua saja (Al Jazeera 2022). Menyadur analisis Hamilton (2009) tentang penyebab kejutan (shock) minyak pada periode 2007–2008, disimpulkan bahwa disrupsi pada sisi penawaran ketika permintaan pada level konstan atau bahkan menanjak mampu mengakibatkan resesi ekonomi. Membeli Urals — denominasi minyak asal Rusia — berharga 75 dolar AS per barel berkemungkinan besar membantu Indonesia mengurangi dampak negatif resesi global, terlebih dengan “izin” tak langsung komunitas eksportir minyak global (Statista Research Department 2022b).
Inflasi domestik yang menanjak dari 4.69% pada bulan Agustus ke 5.95% pada bulan September (YoY) menjadi salah satu preseden kuat (Bank Indonesia 2022). Kritik merujuk “balasan” negatif negara yang anti-Rusia, apabila Indonesia dipersepsikan membantu upaya perangnya melalui impor Urals. “Biaya diplomasi,” seperti digagas Rahman (dalam Kompas 2022), bisa berdampak negatif terhadap relasi dagang Indonesia dengan negara-negara barat yang notabene penolak keras aksi invasi Rusia. Biaya diplomatik berwujud sanksi ekonomi pernah hampir dijatuhkan AS ke Indonesia ketika ia berkeinginan membeli jet tempur Rusia-berdasarkan stipulasi CAATSA (Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act) (CNN Indonesia 2022). India, rekan pertahanan Barat di Asia, hanya sebatas didorong untuk mengimplementasikan rencana pembatasan pembelian minyak Rusia gubahan G7, alih-alih terkena sanksi langsung pasca impor minyaknya meningkat 470% dari periode April ke Mei 2022 (Mint 2022).
Artikel singkat ini tidak dimaksudkan mengupas tuntas segala faktor yang berpotensi mempengaruhi Indonesia, baik jadi maupun tidak jadi mengimpor Urals. Namun, beberapa fakta yang seyogyanya dipertimbangkan pengambil kebijakan Indonesia antara lain meliputi selisih harga Urals dan minyak global, potensi resesi akibat ketidakpastian rantai suplai energi, keputusan India mengimpor Urals dan biaya diplomatik dalam relasi perdagangan dengan Barat, dinamika Perang Ukraina-Rusia, serta penurunan produksi minyak negara-negara OPEC. Risalah kebijakan terperinci dibutuhkan untuk memperkuat pondasi rekomendasi berikut. Akan tetapi, secara sementara, Indonesia perlu gencar memperhatikan tren penerimaan aliran Urals oleh komunitas internasional demi memastikan Jakarta tidak buntung mengimpor minyak Rusia ketika dunia tidak “mendukung.” Walaupun terdapat negara pengimpor Urals yang tidak terkena sanksi Barat, Indonesia akan lebih untung dengan mengimpor minyak mentah dari produsen lain, atau setidak-tidaknya membeli minyak setengah jadi dengan bahan mentahnya berasal dari Rusia atas alasan biaya.
Referensi
Al Jazeera, 2022. “Why is OPEC+ cutting oil production and what’s next?” [daring], AlJazeera, 6 Oktober. Diambil dari https://www.aljazeera.com/news/2022/10/6/why-is-opec-cutting-global-oil-production [Diakses pada 10 Oktober 2022].
Bank Indonesia, 2022. “Data Inflasi” [daring]. Diambil dari https://www.bi.go.id/id/statistik/indikator/data-inflasi.aspx [Diakses pada 10 Oktober 2022].
BBC News Indonesia, 2022. “Apa Konsekuensinya Bila Indonesia Beli Minyak Murah Rusia” [daring], Kompas, 14 September. Diambil dari https://www.kompas.com/global/read/2022/09/14/190100170/apa-konsekuensinya-bila-indonesia-beli-minyak-murah-rusia-?page=all [Diakses pada 10 Oktober 2022].
Bloomberg News, 2022. “Russian Oil Selling at 30% Discount to Global Benchmark, Data Show” [daring], Bloomberg, 31 Mei. Diambil dari https://www.bloomberg.com/news/articles/2022-05-31/the-deepening-discounts-on-russian-oil-in-the-country-s-own-data [Diakses pada 10 Oktober 2022].
Bloomberg, 2022. “Markets: Energy” [daring]. Diambil dari https://www.bloomberg.com/energy [Diakses pada 10 Oktober 2022].
Clinton, Jane, 2022. “Russian oil production falls less than 3% as sanctions have ‘limited’ effect” [daring], The Guardian, 11 Agustus. Diambil dari https://www.theguardian.com/world/2022/aug/11/russia-oil-production-sanctions-limited-effect-ukraine-war [Diakses pada 10 Oktober 2022].
CNN Indonesia, 2022. “Suara KSAU soal Rencana Pembelian Sukhoi Su-35 dari Rusia”, CNN Indonesia, 31 Maret. Diambil dari https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220331080127-12-778238/suara-ksau-soal-rencana-pembelian-sukhoi-su-35-dari-rusia [Diakses pada 10 Oktober 2022].
Hamilton, James D., 2009. “Causes and Consequences of the Oil Shock of 2007–08”, Brookings Papers on Economic Activity, №4.
International Energy Agency (IEA), 2022. “Oil Market and Russian Supply” [daring]. Diambil dari https://www.iea.org/reports/russian-supplies-to-global-energy-markets/oil-market-and-russian-supply-2 [Diakses pada 10 Oktober 2022].
Mukherjee, Saurav, 2022. “Explained: Can India join western countries to cap Russian oil?” [daring], Mint, 7 September. Diambil dari https://www.livemint.com/news/india/explained-can-india-join-western-countries-to-cap-russian-oil-11662550748231.html [Diakses pada 11 Oktober 2022].
Prokopenko, Alexandra, 2022. “Could Russia Move First to Halt Oil Exports to Europe?” [daring], Carnegie Endowment Politika, 30 Mei. Diambil dari https://carnegieendowment.org/politika/87209 [Diakses pada 10 Oktober 2022].
Reuters, 2022a. “Factbox: How much oil does the European Union import from Russia?” [daring], Reuters, 31 Mei. Diambil dari https://www.reuters.com/world/europe/how-much-oil-does-european-union-import-russia-2022-04-06/ [Diakses pada 10 Oktober 2022].
Reuters, 2022b. “Russia invades Ukraine: Political, military leaders’ reactions” [daring], Reuters, 24 Februari. Diambil dari https://www.reuters.com/markets/europe/leaders-key-quotes-after-russia-invades-ukraine-2022-02-24/ [Diakses pada 10 Oktober 2022].
Shafira, Ima D., dan M. J. Firmansyah, 2022. “Global Oil Prices Drop; Govt Urged to Cancel Fuel Price Hike” [daring], Tempo, 8 September. Diambil dari https://en.tempo.co/read/1631928/global-oil-prices-drop-govt-urged-to-cancel-fuel-price-hike [Diakses pada 10 Oktober 2022].
Statista Research Department, 2022a. “Crude oil production in Russia monthly 2021–2022” [daring]. Diambil dari https://www.statista.com/statistics/1303551/russia-s-monthly-crude-oil-production/ [Diakses pada 10 Oktober 2022].
Statista Research Department, 2022b. “Urals crude oil price monthly 2018–2022” [daring]. Diambil dari https://www.statista.com/statistics/1112243/urals-crude-oil-price/ [Diakses pada 10 Oktober 2022].
Uni Eropa, 2022. “Timeline — EU restrictive measures against Russia over Ukraine” [daring]. Diambil dari https://www.consilium.europa.eu/en/policies/sanctions/restrictive-measures-against-russia-over-ukraine/history-restrictive-measures-against-russia-over-ukraine/ [Diakses pada 10 Oktober 2022].