[News Article] Outlook Energi ASEAN: Urgensi Diversifikasi dan Efisiensi Suplai Energi Kawasan
Azis Rajendra — FPCI Chapter Universitas Airlangga
Pada September kemarin, ASEAN Centre for Energy (ACE) yaitu think tank resmi ASEAN spesifik terkait bidang energi, mempublikasikan Outlook Energi ASEAN yang ke-7 berisikan proyeksi supply dan demand energi Asia Tenggara dari tahun 2020 hingga 2050. Dalam laporan tersebut, diprediksi bahwa seiring pertumbuhan GDP kawasan sebanyak tiga kali lipat, permintaan energi kawasan akan meningkat sebanyak tiga hingga empat kali lipat (dari 473 mtoe pada 2020 menjadi 1.280 mtoe pada 2050). Hal yYang menarik adalah, dalam ‘skenario (baseline) patokan,’ dikarenakan ketergantungan dari negara-negara Asia Tenggara terhadap sumber energi fosil (minyak, gas, dan batubara), energi tak terbarukan diperkirakan akan mencakup sekitar 90% dari campuran sumber energi, yang kemudian menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai net-importer dari gas pada tahun 2025 dan batubara pada tahun 2039 (sebelumnya, Asia Tenggara menjadi net-importer minyak pada tahun 2005). Outlook Energi ASEAN sendiri menggunakan data dari Outlook sebelumnya dan input negara anggota, serta kolaborasi bersama agensi Jerman dan Jepang.
Nuki Agya Utama, direktur utama ACE, menyatakan bahwa untuk memenuhi peningkatan permintaan juga pengurangan emisi karbon, diperlukan diversifikasi sumber energi sekaligus efisiensi penggunaan energi, melalui intervensi kebijakan pada tingkat nasional maupun regional. Dari Outlook Energi ASEAN sendiri selain dari skenario patokan sebelumnya (tren tanpa intervensi/kebijakan), terdapat dua proyeksi skenario lainnya, yaitu: ASEAN Member Country (AMS) Target Scenario (ATS), yang mempertimbangkan pembaruan kebijakan nasional; dan ASEAN Plan of Action for Energy Cooperation (APAEC) Target Scenario (APS), yang mempertimbangkan implementasi program kawasan. Terkait diversifikasi energi, dalam skenario patokan awal, pada tahun 2025 sumber energi terbarukan hanya mencakup 14% dari pasokan energi kawasan (dibandingkan target ASEAN sebanyak 23%). Kemudian terkait efisiensi energi, dibandingkan skenario patokan awal, pada tahun 2025 permintaan energi kawasan dapat dikurangi sebanyak 7% dalam skenario ATS dan secara lebih lanjut hingga 10% dalam skenario APS; dan pada tahun 2050, terdapat pengurangan sebanyak 25% dalam skenario ATS dan secara lebih lanjut hingga 34% dalam skenario APS.
Melihat gambaran yang lebih besar, peristiwa-peristiwa signifikan seperti tren energi terbarukan dan komitmen untuk mengurangi ketergantungan fosil (contohnya, COP26 tentang pengurangan batubara), naik-turunnya permintaan energi oleh pandemic Covid-19 dan pemulihan pasca-pandemi, hingga volatilitas harga minyak dunia oleh konflik di Ukraina memberikan penyadaran terkait risiko dari ketergantungan terhadap sumber energi spesifik. Contohnya di Indonesia, harga minyak dunia yang melonjak hingga $100 /barel (dari asumsi awal pemerintah $63 /barel) mengakibatkan pembengkakan pada APBN subsidi sebanyak 3x lipat (dari Rp. 152 Triliun menjadi Rp. 502 Triliun), yang berujung pada kenaikan BBM bersubsidi (pertalite dan solar) untuk menyeimbangkan neraca anggaran APBN. Dalam skala kawasan, Outlook Energi ASEAN merupakan komplementer dari ASEAN Plan of Action for Energy Cooperation (APAEC), yang melaporkan terkait landskap energi terkini di kawasan Asia Tenggara kemudian memproyeksikan skenario-skenario realistis sebagai bahan pertimbangan kebijakan. Bersama, keduanya merupakan ‘blueprint’ kerjasama energi di Asia Tenggara sebagai usaha mencapai keamanan dan keberlanjutan sektor energi kawasan.
Highlight
Berdasarkan Outlook Energi ASEAN yang ke-7, kawasan Asia Tenggara diproyeksikan akan menjadi net-importer gas pada tahun 2025 dan net-importer batubara pada tahun 2039. Berbagai peristiwa signifikan, seperti volatilitas harga minyak dunia oleh konflik di Ukraina memberikan penyadaran terkait risiko dari ketergantungan terhadap sumber energi spesifik. Demikian, untuk memenuhi peningkatan permintaan juga pengurangan emisi karbon, diperlukan diversifikasi sumber energi sekaligus efisiensi penggunaan energi, melalui pembaruan kebijakan pada tingkat nasional maupun regional.
Cover
Referensi:
ASEAN,. (2022). The 7th ASEAN Energy Outlook 2020–2050. ASEAN Center for Energy.
ASEAN. (20211). ASEAN Plan of Action for Energy Cooperation (APAEC) 2016–2025 Phase II 2021–2025. ASEAN Center for Energy.
Nangoy, F. & Christina, B., (2022). “Southeast Asia Countries Need Energy Diversification as Demand Seen Surging. Reuters [daring]. Tersedia di https://www.reuters.com/business/energy/southeast-asia-countries-need-energy- diversification-demand-seen-surging-2022–10–06/.