[News Article] “A Free and Open Indo-Pacific”: Sekilas Menapaki Kiprah Politik Shinzo Abe

FPCI Airlangga
2 min readJul 27, 2022

--

Leony Avellince Wimantha — FPCI Universitas Airlangga

Shinzo Abe yang dikenang sebagai perdana menteri terlama di Jepang dalam dua periode jabatan terpisah sekaligus sosok pemimpin yang berhasil membangkitkan Jepang untuk keluar dari keterpurukan pasca Perang Dunia II.

Adapun kontribusi terbesarnya untuk pertahanan negaranya — dan bagi banyak orang, keamanan kawasan Asia yang lebih luas — tidak terletak pada peralatan militer, tetapi dalam bahasa; dalam menciptakan frasa sederhana: “Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.”

Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka

Menurut Kementerian Luar Negeri Jepang, Abe pertama kali menguraikan visinya untuk “Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka” pada pidato utama di Kenya pada tahun 2016.

Visinya terdiri dari tiga pilar: promosi dan penegakan supremasi hukum, kebebasan navigasi dan perdagangan bebas; mengejar kemakmuran ekonomi; dan komitmen terhadap perdamaian dan stabilitas.

Istilah itu bertindak sebagai ‘penghambat’ visi Beijing yang semakin berpusat pada China tentang masa depan Asia, sambil mempromosikan keterbukaan dan nilai-nilai untuk menarik para pion regional.

Setahun setelah pidato Abe di Kenya, pemerintahan Trump meluncurkan konsepnya sendiri tentang “Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka”. Pada saat kematian Abe, konsep tersebut telah berkembang secara signifikan. Dalam dua tahun terakhir, kedua negara tersebut telah mengadakan dua latihan angkatan laut bersama, yang diadakan secara berjibaku dalam semangat energi guna mempromosikan “Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.”

Mengenang ‘Warisan’ Shinzo Abe

Ungkapan tersebut telah menjadi umum di mana-mana dalam kebijakan AS dan pernyataan militer berubah nama menjadi Komando Indo-Pasifik untuk mengakui “meningkatnya konektivitas antara Samudra Hindia dan Pasifik saat Amerika berfokus ke Barat.”

Dalam pidato berjudul “Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka” di Indonesia pada Desember lalu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Washington akan “bekerja dengan sekutu dan mitra kami untuk mempertahankan tatanan berbasis aturan yang telah kami bangun bersama selama beberapa dekade untuk memastikan kawasan itu tetap terbuka dan dapat diakses.”

Perdana Menteri Jepang Kishida menggunakan istilah itu sebanyak 19 kali saat dia menjelaskan promosi Jepang atas visi “Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka” yang telah “mendapatkan dukungan luas di komunitas internasional.”

References

Edström, Bert. 2007. The Success of a Successor: Abe Shinzo and Japan’s Foreign Policy. Washington DC: Central AsiaCaucasus Institute and Silk Road Studies Program. Silk Road Paper. Pp. 1–82.

Hashimoto, Akiko. 2016. “Nationalism, Pacifism, and Reconciliation: Three Paths Forward for Japan’s “History Problem”.” The Asia-Pacific Journal, Vol. 14, №4, pp. 1–13.

Hughes, Christopher W. 2015. Japan’s Foreign and Security Policy Under the ‘Abe Doctrine’: New Dinamism or New Dead End?. New York: St Martin’s Press LLC.

Jonathan Soble. 2015. Japan’s Parliament Approves Overseas Combat Role for Military. Diakses dari https://www.nytimes.com/2015/09/19/world/asia/japan-parliament-passeslegislation-combat-role-for-military.html

Kawasaki Akira & Celine Nahory. 2014. Japan’s Decision on Collective SelfDefense in Context. Diakses dari http://thediplomat.com/2014/10/japansdecision-on-collective-self-defense-in-context/

--

--

FPCI Airlangga
FPCI Airlangga

Written by FPCI Airlangga

FPCI Chapter Universitas Airlangga is a non-profit and political free organization focusing youth movement on foreign policy and international relation matters.

No responses yet