Kerja Sama Tembaga China-Taliban: Counterterrorism Diplomacy atau Eksploitasi Pertambangan Afghanistan?

Shafa Rizky Raqim Petra

FPCI Airlangga
9 min readNov 11, 2024
Scientific Article by Shafa Rizky Raqim Petra, Directorate of Research and Analysis FPCI Chapter Airlangga 2024/2025

Sebagai aktor yang belum mendapat pengakuan internasional, Taliban terus mengupayakan kerja sama untuk mendapatkan rekognisi dari negara lain. Setelah mengambil alih kepemimpinan Afghanistan pada tahun 2021, permasalahan diskriminasi perempuan menjadi penghambat Taliban untuk mendapatkan pengakuan resmi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) (Ali dan Hale 2023). Hal tersebut menyebabkan Afghanistan mengalami kesulitan ekonomi akibat terputusnya hubungan diplomatik dengan negara lain. Meski begitu, perusahaan milik pemerintah China, Metallurgical Corporation of China (MCC) sepakat untuk melanjutkan proyek pertambangan tembaga di Mes Aynak, Provinsi Logar. Perwakilan pemerintahan Taliban dan para insinyur dari China mulai melanjutkan pembangunan di Mes Aynak setelah sebelumnya tertunda selama 16 tahun (Putz 2024). Oleh karena itu, tulisan ini akan membahas lebih dalam mengenai: (1) sejarah awal; (2) kepentingan; (3) bentuk kerjasama; hingga (4) analisis kerja sama tembaga China-Taliban dalam bentuk kelanjutan proyek MCC di Mes Aynak. Tulisan ini berupaya untuk menjelaskan apakah kerja sama China-Taliban merupakan bentuk counterterrorism diplomacy atau eksploitasi terhadap sumber daya alam (SDA) di Afghanistan.

Sejarah awal ditemukannya Mes Aynak sebagai lahan pertambangan potensial terjadi sejak akhir abad ke-20 tetapi baru menarik perhatian China pada awal abad ke-21. Inisiasi untuk memanfaatkan Mes Aynak dimulai oleh China pada November 2007 ketika MCC menyepakati kontrak dengan pemerintah Afghanistan selama 30 tahun untuk melaksanakan aktivitas tambang di Mes Aynak. Kesepakatan pemerintah Afghanistan dengan MCC pada tahun 2007 tentunya dipengaruhi oleh kepentingan kedua belah pihak yang ingin dicapai melalui kerja sama ini. Bagi pemerintah Afghanistan, kerja sama pertambangan MCC dapat membantu Afghanistan mengembangkan ekonomi sekaligus keluar dari situasi ekonomi yang buruk akibat konflik (Zhang et al. 2020).

Sedangkan bagi pemerintah China, cadangan sumber daya logam dan tembaga dengan skala besar di Afghanistan tentunya menjadi sumber daya potensial untuk menjaga kebutuhan pasokan SDA dalam produksi baterai secara domestik (Ali dan Hale 2023). Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa fokus utama dari kerja sama China-Afghanistan didorong oleh kepentingan ekonomi melalui pertambangan tembaga sebagai komoditas utama. Sayangnya, target capaian yang telah disusun mengalami hambatan dan tidak tercapai pada tahun 2015 akibat: (1) sistem transportasi yang kurang efektif; (2) pembangunan infrastruktur yang tertunda; dan (3) berbatasan dengan kawasan arkeologi Buddha sehingga pembangunan harus dilakukan secara hati-hati karena dapat berisiko merusak situs arkeologi yang tersisa (Fan dan Li 2018; Sun et al. 2016).

Pemanfaatan pertambangan melalui kesepakatan antara Afghanistan dan MCC kembali dibuka ketika Taliban resmi kembali mengambil alih kekuasaan di Afghanistan pada tahun 2021. Inisiasi untuk melanjutkan kerja sama tersebut dimulai dari kunjungan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi ke Asia Selatan pada tahun 2022 (Umami dan Cipto 2023). Secara spesifik, kunjungan tersebut bagi Afghanistan menghasilkan beberapa hal penting berupa komitmen untuk mempersiapkan proyek pertambangan di Mes Aynak serta memulai langkah praktikal (Yeping 2022). Selain itu, perwakilan pemerintahan Taliban dengan insinyur China telah memulai tahap awal pembangunan kawasan Mes Aynak dengan memulai proyek pembangunan akses jalan sebagai infrastruktur yang krusial (Putz 2024).

Terkait dengan skema kerja sama tambang dengan Taliban, eksplorasi tambang di Mes Aynak merupakan upaya China untuk mencapai transisi hijau rendah karbon yang membutuhkan sumber daya mineral. Sebagai timbal-balik, China memiliki kewajiban untuk berinvestasi dalam pembangunan infrastruktur di Afghanistan. Tidak hanya itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin juga mengharapkan pemerintahan Taliban dapat menerapkan kebijakan yang bijaksana untuk menjaga hak dan kepentingan perempuan serta anak-anak (AP 2023). Hal ini bertujuan untuk menekan tingkat kekerasan dan diskriminasi Hak Asasi Manusia (HAM) di Afghanistan. Selain itu, China secara khusus telah meminta pemerintah Taliban untuk tetap melestarikan Patung Buddha bersejarah di Mes Aynak sebagai persyaratan kerja sama (Ali dan Hale 2023).

Jika merujuk pada pembahasan di paragraf sebelumnya, dapat dikatakan bahwa persyaratan yang diberikan China untuk bekerja sama dengan Taliban merupakan bentuk dari counterterrorism diplomacy. Menurut Sandler (2014), istilah counterterrorism merujuk pada tindakan yang diambil oleh pemerintah, aliansi militer, korporasi, atau organisasi internasional yang bertujuan untuk mengurangi ancaman terorisme. Sejalan dengan pendapat Ali dan Hale (2023), dapat dikatakan bahwa potensi tindakan China dalam menjadikan pemenuhan hak perempuan sebagai alat tawar-menawar kerja sama termasuk dalam bentuk counterterrorism. Hal ini dikarenakan tindakan tersebut bertujuan untuk membatasi perilaku pemerintah Taliban agar tidak melakukan penyalahgunaan kekuasaan pada masyarakat Afghanistan. Asumsi ini berangkat dari definisi Schmidt (2023) bahwa terorisme merupakan penyalahgunaan kekuasaan secara ilegal yang bertujuan untuk menimbulkan ketakutan dan menarik perhatian bagi sasaran kejahatan. Melalui persyaratan tersebut, diharapkan China dapat membantu menekan tingkat diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan dan anak di Afghanistan serta mendorong komitmen Taliban untuk mempertahankan situs bersejarah di tengah aktivitas pertambangan.

Terkait dengan counterterrorism diplomacy, China menggunakan pendekatan ekonomi sebagai sarana counterterrorism di Afghanistan. Pemerintah China meyakini bahwa untuk mencapai situasi yang damai, diperlukan pembangunan ekonomi untuk menciptakan fondasi politik yang stabil (Umami dan Cipto 2023). Hal ini ditunjukkan melalui upaya China untuk menyertakan Afghanistan ke dalam China–Pakistan Economic Corridor (CPEC) yang bertujuan membawa stabilitas politik dan ekonomi (Verma 2023). Sementara itu, Taliban memanfaatkan pengakuan de facto dari China sebagai sarana untuk mengintegrasikan Afghanistan ke dalam Belt and Road Initiative (BRI) yang bertujuan untuk mencegah penurunan perekonomian yang lebih lanjut (Umami dan Cipto 2023).

Terkait dampak ekonomi yang dihasilkan dari kerja sama pertambangan tembaga China-Taliban, investasi senilai US$ 4 miliar masih belum dirasakan secara efektif dan signifikan. Nilai investasi tersebut tidak berbanding lurus dengan dampak ekonomi yang dirasakan dari investasi pertambangan di Mes Aynak. Hal ini ditunjukkan melalui hasil survei yang dilakukan terhadap 2563 orang di Afghanistan (Zhang et al 2020). Tulisan ini menggunakan variabel Capital Investment (CI) dan Efficiency of Capital (EC) yang ada di dalam survei Zhang et al. (2020) untuk menjelaskan seberapa besar dampak ekonomi yang dihasilkan dari investasi China di Mes Aynak. Data-data tersebut divisualisasikan melalui gambar di bawah ini.

Sumber: (Zhang et al. 2020)

Keterangan: Capital Investment (CI) merupakan dana yang diinvestasikan ke suatu perusahaan/badan untuk mencapai tujuan bisnis (Nasdaq 2023). Variabel CI bertujuan untuk mengukur pengaruh investasi modal China terhadap pembangunan tambang tembaga di Mes Aynak. Selain itu, Efficiency of Capital (EC) merujuk pada rasio efisiensi yang mengukur seberapa baik perusahaan menghabiskan modal untuk tumbuh dan beroperasi (Northwest 2024). Variabel EC bertujuan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal/investasi yang diberikan untuk membangun tambang tembaga di Mes Aynak.

Melalui data yang divisualisasikan di atas, penulis menginterpretasikan bahwa investasi yang diberikan untuk pertambangan Mes Aynak belum berdampak signifikan dan efisien terhadap perekonomian masyarakat Afghanistan. Hal ini dikarenakan dari segi CI, posisi netral terkait dampak ekonomi yang dirasakan dari investasi menjadi jawaban tertinggi dengan persentase sebesar 32,7% (840), argumen tersebut juga diperkuat dengan data EC yang menunjukkan posisi netral menjadi jawaban teratas dengan 23% (592). Kedua variabel tersebut sama-sama menunjukkan bahwa jawaban sangat berdampak atau signifikan tidak menjadi pilihan utama dari para responden sehingga menunjukkan terdapat hal-hal yang dianggap belum signifikan dari investasi China di Mes Aynak.

Di sisi lain, kerja sama tembaga China-Taliban juga memiliki implikasi lain yang perlu diperhatikan, meliputi dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan. Dalam aspek lingkungan, pertambangan tembaga menyebabkan Mes Aynak kehilangan lanskap pemandangan, erosi tanah, dan permasalahan tanah lainnya (EJ Atlas 2022). Aktivitas pertambangan yang memaksa penduduk sekitar untuk mengungsi juga menyebabkan munculnya permasalahan baru, seperti kurangnya akses ke air bersih dan fasilitas sanitasi yang layak (Cairncross et al. 2010). Dalam aspek kesehatan, Huang, Khan, dan Yoshida (2023) mengatakan bahwa kondisi para pengungsi yang direlokasi dari Mes Aynak menyebabkan masyarakat cenderung lebih rentan terkena penyakit.

Sumber: Huang, Khan, dan Yoshida (2023)

Keterangan: Angka dalam tanda kurung adalah kesalahan standar dari perbedaan rata-rata. Kolom perlakuan mewakili perbedaan sebelum dan sesudah perpindahan. Kolom untuk kontrol juga mewakili perbedaan antara dua periode survei. Nilai-nilai tersebut menunjukkan persentase rumah tangga yang menjawab ‘ya’ ketika ditanya pertanyaan berikut: Apakah Anda memiliki penyakit berikut di daerah tempat tinggal Anda? Perbedaan signifikan ditunjukkan sebagai berikut: *p < 0.1, **p < 0.05, ***p < 0.01.

Ditambah lagi, upaya counterterrorism untuk menekan diskriminasi perempuan serta anak nampaknya berjalan tidak sesuai harapan. Hal ini dikarenakan pemerintahan Taliban masih menjalankan diskriminasi terhadap perempuan dan anak di tengah upaya memulai kembali kerja sama dengan China terkait pertambangan di Mes Aynak. Hal ini dapat dilihat dari data yang diluncurkan oleh Leclerc dan Shreeves (2024) bahwa pemerintah Taliban masih memberlakukan restriksi terhadap hak-hak perempuan di Afghanistan selama tahun 2022–2024. Perempuan tetap menjadi target utama pembatasan hak meski pemerintah Taliban telah berjanji untuk menegakkan hak-hak perempuan (Leclerc dan Shreeves 2024). Data tersebut menunjukkan bahwa upaya counterterrorism melalui kerja sama ekonomi belum cukup untuk menghentikan aksi terorisme Taliban di Afghanistan.

Sumber: Leclerc dan Shreeves (2024)

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kerja sama tembaga China-Taliban di satu sisi memiliki potensi sebagai sarana counterterrorism diplomacy. Hal ini dikarenakan pendekatan ekonomi sebagai sarana counterterrorism memiliki peran penting dalam membangun kembali perekonomian Afghanistan yang buruk akibat konflik berkepanjangan. Strategi China untuk menyertakan Taliban ke dalam kerja sama ekonomi multilateral seperti CPEC juga mampu mendorong terciptanya stabilitas domestik di Afghanistan. Namun, kerja sama tambang tembaga di Mes Aynak di sisi lain memiliki implikasi yang dapat menimbulkan permasalahan baru. Aktivitas pertambangan menyebabkan masyarakat yang tinggal di sekitar Mes Aynak terpaksa harus mengungsi serta menimbulkan permasalahan lingkungan dan kesehatan. Selain itu, dampak ekonomi yang dihasilkan dari aktivitas pertambangan di Mes Aynak tidak berdampak efektif pada perekonomian Afghanistan jika dilihat dari variabel CI dan EC.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kerja sama China-Taliban dalam pertambangan tembaga di Mes Aynak belum menjadi sarana counterterrorism diplomacy yang berhasil. Hal ini dikarenakan dampak ekonomi yang diharapkan belum sepenuhnya efisien dan berdampak bagi masyarakat Afghanistan. Selain itu, upaya untuk menggunakan kerja sama pertambangan sebagai daya tawar untuk mengurangi diskriminasi serta kekerasan terhadap perempuan Afghanistan masih belum berjalan sesuai harapan. Sebaliknya, pembangunan infrastruktur dan aktivitas pertambangan yang kembali dimulai justru menyebabkan munculnya permasalahan baru, meliputi permasalahan lingkungan dan kesehatan. Keberhasilan dari upaya counterterrorism diplomacy ini benar-benar ditentukan oleh seberapa besar dampak ekonomi yang dihasilkan secara domestik, kemampuan rezim Taliban mengimplementasikan klausul kerja sama, kualitas tata kelola pemerintahan, hingga kesiapan para pemangku kepentingan untuk mengantisipasi dampak yang dihasilkan dari aktivitas pertambangan. Jika hal tersebut tidak dapat tercapai, kerja sama ini hanya akan menjadi sarana eksploitasi SDA yang merugikan bagi keberlanjutan pembangunan ekonomi dan stabilitas politik di Afghanistan.

Referensi

Ali, S & Hale, T 2023, ‘China, Afghanistan, and Allure of Green Mineral Development’, Foreign Policy Research Institute, dilihat pada 23 Oktober 2024, (https://www.fpri.org/article/2023/07/china-afghanistan-and-the-allure-of-green-mineral-development/).

AP 2023, ‘Reluctant critic China urges Afghan changes on women’s roles’, AP, dilihat pada 6 November 2024, (https://apnews.com/article/china-afghanistan-pakistan-taliban-women-638cee9e2e3c9d552d5e0f29d2b87d9e).

Cairncross, S, Hunt, C, Boisson, S, Bostoen, K, Curtis, V, Fung, I, C, & Schmidt, W, P 2010, ‘Water, Sanitation and Hygiene for the Prevention of Diarrhoea’, International Journal of Epidemiology, Vol. 39, №1, pp. 95–201.

EJ Atlas 2022, Mes Aynak Copper Mining, Afghanistan, EJ Atlas, dilihat 28 Oktober 2024, (https://ejatlas.org/conflict/chinese-investments-in-copper-mining-the-case-of-mes-aynak).

Fan, J, R & Li, W 2018, ‘Analysis on the terrorist threat to the construction of “One Belt and One Road” Initiative’, People’s Public Security Political Academy, Vol. 1, pp. 19–31.

Huang, Q, Khan, G, D, & Yoshida, Y 2023, ‘Assessing Health and Dietary Issues of Households Displaced Due to the Aynak Copper Mine Project, Afghanistan’, ScienceDirect, pp. 1–6, (https://doi.org/10.1016/j.exis.2023.101299).

Leclerc, G dan Shreeves, R 2024, ‘Women’s rights in Afghanistan: An ongoing battle’, European Parliamentary Research Service (EPRS), p. 7.

Nasdaq 2024, Capital Investment: Definition, Types, Decisions and Budgeting, Nasdaq, dilihat pada 1 November 2024, (https://www.nasdaq.com/articles/capital-investment-definition-types-decisions-and-budgeting).

Northwest 2024, 3 Ways to Use Capital Efficiency for Accelerated Startup Growth, Northwest, dilihat pada 1 November 2024, (https://www.nvp.com/blog/capital-efficiency/#:~:text=It%20encompasses%20the%20ratio%20of,and%20maintain%20it%20at%20scale).

Putz, C 2024, ‘A New Dawn’s for Afghanistan’s Mes Aynak Copper Mine?’, The Diplomat, 31 Juli, dilihat pada 23 Oktober 2024, (https://thediplomat.com/2024/07/a-new-dawn-for-afghanistans-mes-aynak-copper-mine/).

Sandler, T 2014, ‘Terrorism and counterterrorism: an overview’, Oxford Economic Papers, p. 12–14, DOI: 10.1093/oep/gpu039.

Schmidt, A, P 2023, Defining Terrorism, International Centre for Counter-Terrorism (ICCT), p. 3, DOI: 10.19165/2023.3.01.

Sun, Z, Z, Xu, T, Deng, H, & Ge, J 2016, ‘How can we understand the “Belt and Road Initiative”’, World Intellect, p. 26–27.

Umami, B & Cipto, L 2023, ‘China’s Afghan Policy: De Facto Recognition of The Taliban Regime’, Intermestic: Journal of International Studies, Vol. 8, №1, p. 58–59, DOI:10.24198/intermestic.v8n1.4.

Verma, R 2023, ‘Taliban 2.0 and China’s Counterterrorism Diplomacy in Afghanistan’, Middle East Policy, pp. 3–7, DOI: 10.1111/mepo.12677.

Yeping, Y 2022, ‘Afghan minister holds talks with Chinese mining firm, progress to be expected’, Global Times, 18 Juli, dilihat pada 28 Oktober 2024, (https://www.globaltimes.cn/page/202207/1270825.shtml).

Zhang, Y, Xiao, Y, Jian, Z, & Bowen, Z 2020, ‘Evaluation of the Obstacles to Developing the Aynak Copper Mine in Afghanistan’, MDPI, pp. 1–5, DOI:10.3390/su12041569.

--

--

FPCI Airlangga
FPCI Airlangga

Written by FPCI Airlangga

FPCI Chapter Universitas Airlangga is a non-profit and political free organization focusing youth movement on foreign policy and international relation matters.

No responses yet