[Artikel Ilmiah] Dampak AUKUS terhadap Dinamika Hubungan Ketiga Aktor Penggagasnya dengan Dunia
Fauzan Raihan Amru — FPCI Chapter Universitas Airlangga
Muhammad Ditya Satrianto — FPCI Chapter Universitas Airlangga
Philipus M. P. Nugroho — FPCI Chapter Universitas Airlangga
Pada 16 September 2021, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, Perdana Menteri Australia Scott Morrison dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengungumkan bentuk koalisi trilateral security terbaru antara AS, Inggris dan Australia. Koalisi tersebut merupakan bentuk pembagian informasi, teknologi dan kapal selam nuklir AS dan Inggris terhadap Australia. Koalisi ketiga negara atau dikenal dengan ‘AUKUS’ (Australia, United Kingdom dan United States) memudahkan masuknya arus informasi, pengembangan artificial intelligence, sistem bawah air dan kapabilitas penyerangan jarak jauh (Ward & Mcleary, 2021). Hal tersebut berdampak kepada bentuk dunia internasional terutama wilayah perairan Indo-china. Kesepakatan antara tiga negara yang memberikan teknologi kapal selam nuklir kepada Australia dipandang sebagai bentuk counter reaksi terhadap pengaruh Tiongkok di laut Cina selatan. Kementerian Luar Negeri Cina Zhao Lijan mengatakan bahwa aliansi ini dapat berimbas buruk kepada perdamaian regional dan dapat melahirkan bentuk perlombaan persenjataan. Zhao Lijan juga menambahkan bahwasanya aliansi tersebut telah menghancurkan hubungan ekonomi antara Cina dengan negara-negara AUKUS, terutama Australia (BBC, 2021).
Pengumuman berdirinya AUKUS tidak melibatkan adanya pihak dari negara lain, namun sumber anonim dari White House mengatakan bahwa tujuan dasar AUKUS itu sendiri adalah untuk melawan pengaruh Tiongkok terhadap wilayah Indo-Cina. Kondisi ini memiliki arti penting bahwa negara barat berusaha untuk membatasi kapabilitas dan investasi Tiongkok terhadap kepulauan pasifik dan terjadinya bentuk perang besar-besaran di wilayah IndoCina apabila tidak segera di eskalasi antara pihak AUKUS dengan Cina. Indonesia sendiri telah menyampaikan kekhawatiran terhadap kepemilikan kapal selam nuklir Australia karena dapat berujung kepada bentuk perlombaan senjata terbaru di wilayah Asia Tenggara dan perang dunia ketiga (Barret, 2021). Mengingat sanksi yang diberikan oleh Cina terhadap Australia akibat dari tensi politik beberapa tahun lalu meningkatkan panasnya situasi politik saat ini.
Kemunculan bentuk AUKUS tidak sepenuhnya dapat diterima oleh beberapa pihak, hal tersebut dapat dilihat dari munculnya tensi politik antara Australia dengan Prancis. Tensi politik didasari oleh pengunduran diri persetujuan Australia dan Perancis sebesar 50 miliar dollar untuk mengirimkan dua belas kapal selam (Vavasseur, 2021). Sentimen tersebut pun nantinya diterjemahkan oleh Prancis ke dalam aksinya untuk menarik mundur kedua duta besarnya yang masing-masing diutus ke AS dan Australia. Mendasarkan kemarahannya atas keputusan ketiga negara tersebut yang dibahas secara rahasia, beberapa analis menyebutkan bahwasanya Emmanuel Macron-presiden petahana Prancis-hendak mempertahankan citranya menuju pemilihan umum yang hendak hadir di negara tersebut. Ditambah dengan masa depan kepemimpinan Eropa di bawah Jerman yang memiliki kemungkinan untuk tergeser pasca pemilihan umum pula, Macron dapat dipahami sedang berusaha untuk “mempertahankan,” atau malah mengganti pemimpin de facto Eropa.
Berbicara tentang Prancis dan Jerman, seseorang tidak mungkin melupakan dampak langkah politis kedua negara tersebut kepada proyeksi langkah Uni Eropa pula. Tajuk hubungan di antara UE dan AS, sebagai mandor utama dari AUKUS, dapat disarikan dari pernyataan diplomat ahli UE, Josep Borrell (dilansir oleh Bermingham, 2021), menuju ke arah eksklusi UE yang lebih jauh dari keputusan-keputusan AS. Sebagai aksi balasan secara institusional, Uni Eropa diprediksi oleh beberapa ahli, utamanya oleh Jourdain (t. t., dalam kolase pendapat oleh Atlantic Council Experts, 2021), bahwa melalui strategi Indo-Pasifiknya, mereka akan lebih mengonsiderasikan kemampuan dan keinginan AS di kawasan yang sama. Menambahkan kepada strategi itu pula, ambivalensi pendekatan UE terhadap “kebangkitan” Tiongkok patut diwaspadai untuk menjadi lebih mandiri dan tetap, terlebih dengan berbagai keputusan unilateral dari AS tanpa konsultasi sebelumnya dengan sekutu-sekutunya di Eropa (Varma, 2021).
Pakta AUKUS yang dibentuk oleh Australia, Inggris, dan Amerika Serikat dipahami akan berdampak kuat terhadap dinamika geopolitik di Asia, khususnya dalam ranah Asia Tenggara dan Asia Timur. Implikasi pembentukan AUKUS terhadap tatanan regional dipahami berkaitan erat dan memiliki respon yang bervariasi. Negara-negara yang tidak secara langsung berada dalam spektrum geografis antara AUKUS dengan Tiongkok dan berseteru secara kuat dengan Tiongkok cenderung lebih memandang pembentukkan pakta AUKUS sebagai hal yang positif. Hal tersebut dapat didemonstrasikan melalui respon positif oleh Menteri Luar Negeri Jepang, Toshimitsu Motegi, yang memandang bahwa AUKUS menjadi bentuk penguatan komitmen Inggris, Australia, dan Amerika Serikat dalam ranah Asia (The Japan News, 2021). Notion tersebut turut dimiliki oleh India yang mana memandang kehadiran ketiga negara tersebut mampu menekan Tiongkok lebih lanjut. Kehadiran AUKUS dipahami turut mengurangi wacana militerisasi Quadrilateral Security Dialogue (Quad) antara India, Jepang, Amerika Serikat, dan Australia yang mana dipandang positif bagi India (Raj, 2021). Respon kedua negara dapat dipahami sebagai hal yang dapat diekspektasikan dengan mudah dalam memandang kehadiran AUKUS, terlebih dengan kontestasi dan animo kekhawatiran terhadap Tiongkok secara kuat.
Respon terhadap pembentukkan AUKUS cenderung lebih bervariasi di kawasan Asia Tenggara, terlebih dengan posisi geografis kawasan tersebut yang cenderung sebagai ‘jembatan’ antara pakta AUKUS terhadap Tiongkok. Indonesia secara publik menekankan akan kekecewaan pengembangan Kapal Selam Nuklir Australia, yang mana terkandung dalam pakta AUKUS, yang berpotensi untuk revitalisasi perlombaan senjata kawasan dan mengganggu gerakan non-proliferasi nuklir (Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 2021). Malaysia turut memiliki respon yang selaras dengan Indonesia terhadap perkembangan AUKUS. Ismail Sabri Yaakob, Perdana Menteri Malaysia, meyakini kehadiran AUKUS akan “memprovokasi kekuatan lain untuk bertindak lebih agresif di kawasan”. Berbeda dari Indonesia dan Malaysia, Singapura lebih memandang positif kehadiran AUKUS untuk “berkontribusi secara konstruktif terhadap perdamaian dan kestabilan kawasan”. Negara lain seperti Vietnam cenderung melakukan pendekatan yang berhati-hati dalam mengomentari AUKUS, namun dalam prakteknya cenderung selaras untuk meng kontestasi pengaruh maritim Tiongkok (Southgate, 2021). Perbedaan kepentingan setiap negara dipahami berpengaruh kuat dalam merespon kehadiran AUKUS, seperti Singapura dengan posisi geografisnya yang cukup terbatas merespon positif akan kehadiran entitas aliansi militer AUKUS untuk mendukung keamanan Singapura. Di samping itu, Malaysia dan Indonesia patut untuk khawatir dengan posisinya yang dikhawatirkan menjadi kawasan ‘buffer’ antara AUKUS dan Tiongkok.
Di tengah realita AUKUS, Indonesia harus mampu mengantisipasi peningkatan tensi di kawasan, terlebih dengan atensi Amerika Serikat yang mulai mengorientasikan pandangan dari Timur Tengah ke Asia Timur. Pembentukkan AUKUS turut dipahami menjadi salah satu bentuk hubungan Indonesia-Australia yang fluktuatif dan dilematis, menunjukkan bahwa Australia belum sepenuhnya mampu transparan dengan tetangga Asia-nya (Septiari, 2021). Hal ini menunjukan bahwa Australia cenderung masih berorientasi pada kekuatan dan logika barat versus Asia, di samping itu hal ini turut menunjukkan meningkatnya potensi ketidakpastian yang semakin kuat di kawasan Asia Tenggara. Minimnya suara dan tindakan yang selaras dalam tatanan ASEAN turut menjadi perhatian tersendiri bahwa Indonesia perlu menentukan posisinya sendiri di tengah hadapan potensi konflik yang nyata. Indonesia setidaknya harus mampu untuk menegaskan posisi yang lebih ‘independen’ tanpa resiliensi dari salah satu pihak, terutama terhadap Tiongkok dan ASEAN. Dependensi Indonesia terhadap Tiongkok oleh para pembentuk kebijakan dipahami memiliki pengaruh yang kuat seperti melalui pengadaan vaksin dan ekonomi pasca Pandemi Covid-19 (Laksmana, 2021). Pembentuk kebijakan Indonesia harus memperhatikan dinamika eksternal yang turut mempengaruhi posisi Indonesia di masa depan dan berpotensi juga terhadap implikasi domestik yang dapat terbentuk atas pengaruh eksternal, yang mana para pembentuk kebijakan cenderung lebih dominan terlalu berfokus terhadap dinamika domestik.
Referensi:
Atlantic Council Experts, 2021. “Experts react: The AUKUS deal has shaken the transatlantic alliance. What should the US and its aliies do now?” [online]. Experts react: The AUKUS deal has shaken the transatlantic alliance. What should the US and its allies do now? — Atlantic Council [diakses 27/9/2021].
Barret, Chris. 2021. Deeply concerned: Indonesia uneasy about Australian nuclear subs. Brisbane Times [online] https://www.brisbanetimes.com.au/world/asia/deeply-concerned-indonesia-uneasy-about-australian-nuclear-subs-20210917-p58skz.html [diakses 22/9/2021].
BBC. 2021. Aukus: China denounces US-UK-Australia pact as irresponsible. [online] https://www.bbc.com/news/world-58582573 [diakses 22/9/2021].
Bermingham, Finbarr, 2021. EU unveils Indo-Pacific strategy, and admits US’ new ‘Aukus’ alliance came as a surprise. [online]. EU unveils Indo-Pacific strategy, and admits US’ new ‘Aukus’ alliance came as a surprise | South China Morning Post (scmp.com) [diakses 27/9/2021].
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 2021. “Pernyataan mengenai Kapal Selam Nuklir Australia” [daring]. Tersedia dalam https://kemlu.go.id/portal/id/read/2937/siaran_pers/pernyataan-mengenai-kapal-selam-nuklir-australia (Diakses pada 25 September 2021).
Laksmana, Evan A., 2021. “Indonesia Unprepared as Great Powers Clash in Indo-Pacific” [daring]. Tersedia dalam https://foreignpolicy.com/2021/08/26/indonesia-china-us-geopolitics/ (Diakses pada 25 September 2021).
Raj, Yashwant, 2021. “Not going AUKUS way: India okay with Quad emerging as non-military entity” [daring]. Tersedia dalam https://www.hindustantimes.com/world-news/not-going-aukus-way-india-okay-with-quad-emerging-as-non-military-entity-101632378281452.html (Diakses pada 25 September 2021).
Septiari, Dian, 2021. “AUKUS defense pact puts Indonesia in tight spot” [daring]. Tersedia dalam https://www.thejakartapost.com/news/2021/09/17/aukus-pact-puts-indonesia-in-tight-spot.html (Diakses pada 25 September 2021).
Southgate, Laura, 2021. “AUKUS: The View from ASEAN” [daring]. Tersedia dalam https://thediplomat.com/2021/09/aukus-the-view-from-asean/ (Diakses pada 25 September 2021).
The Japan News, 2021. “Japan welcomes launch of AUKUS partnership” [daring]. Tersedia dalam https://the-japan-news.com/news/article/0007789029 (Diakses pada 25 September 2021).
Varma, Tara. “After AUKUS: The uncertain future of American and European cooperation in the Indo-Pacific” [online]. European Council on Foreign Relations, 22 September. diambil dari After AUKUS: The uncertain future of American and European cooperation in the Indo-Pacific — European Council on Foreign Relations (ecfr.eu) [diakses pada 27 September 2021].
Vavasseur, Xavier. 2021. French MoD Sets The Record Straight On Australian Submarine Affair. [online]. https://www.navalnews.com/naval-news/2021/09/french-mod-setting-the-record-straight-on-australian-submarine-affair/ [diakses 22/9/2021].
Ward, Alexander & Mcleary, Paul. 2021. Biden announces joint deal with U.K. and Australia to counter China. Politico [online] https://www.politico.com/news/2021/09/15/biden-deal-uk-australia-defense-tech-sharing-511877 [diakses 22/9/2021].