[Artikel Berita] Pengunduran Diri Perdana Menteri dan Instabilitas Politik Malaysia

FPCI Airlangga
2 min readAug 20, 2021

--

Himmalia Dewi Alya Rahmah — FPCI Chapter Universitas Airlangga

Perdana Menteri Malaysia, Muhyiddin Yassin menyerahkan surat pengunduran diri pada hari Senin, 16 Agustus 2021 setelah memimpin selama 17 bulan. Muhyiddin terpilih sebagai perdana menteri setelah Mahathir Mohamad mengundurkan diri. Pengunduran diri Mahathir Mohamad yang mendadak ini lantas menciptakan kekacauan politik di Malaysia karena tidak adanya penyerahan kepemimpinan koalisi Pakatan Harapan secara sah kepada penerusnya, yaitu Anwar Ibrahim (BBC, 2020). Muhyiddin kemudian dipilih sebagai perdana menteri baru meskipun tidak mendapat dukungan dari mayoritas. Hal ini dikarenakan Muhyiddin Yassin berasal dari Partai UMNO yang juga mengalami perpecahan internal setelah tokoh ternama seperti mantan Perdana Menteri Najib Razak terlibat dalam kasus korupsi dana investasi negara, akibatnya banyak politisi yang mencabut dukungannya terhadap Muhyiddin. Kurangnya dukungan terhadap kabinet Muhyiddin juga disebabkan oleh terus meningkatnya kasus COVID-19 di Malaysia. Kebijakan kuncitara yang terus diperpanjang telah memperburuk situasi ekonomi, terbukti dengan nilai Ringgit Malaysia yang semakin jatuh (CNN, 2021). Muhyiddin juga dituduh menyalahgunakan kekuasaannya untuk menangguhkan parlemen demi menghalangi adanya mosi tidak percaya yang ditujukan padanya (Ratcliffe, 2021)

Meski telah mengundurkan diri, Yang di-Pertuan Agong memerintahkan Muhyiddin untuk menjabat sebagai perdana menteri interim hingga adanya penunjukan perdana menteri baru. Sementara ini, tidak ada kandidat kuat yang diunggulkan untuk menggantikan Muhyiddin. Berbagai nama yang muncul seperti Wakil Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob, Menteri Keuangan Tengku Razaleigh Hamzah, maupun Anwar Ibrahim hanya merupakan spekulasi karena tidak ada kejelasan mengenai pemegang mayoritas dalam parlemen serta ketidakpastian pelaksanaan pemilu dalam waktu terdekat. Pihak Kerajaan menyatakan bahwa pemilu bukanlah tindakan yang tepat, mengingat parahnya situasi pandemi di Malaysia saat ini (Chu et al., 2021; Lee, 2021).

Ketidakstabilan politik tampaknya hal yang umum terjadi di Malaysia, terutama beberapa tahun terakhir. Dalam kurun waktu tiga tahun, telah terjadi pergantian perdana menteri yang menyebabkan lemahnya parlemen. Dukungan mayoritas merupakan hal yang penting dalam demokrasi parlementer, oleh sebab itu pengunduran diri Muhyiddin ini adalah bentuk akuntabilitas dan refleksi ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja perdana menteri dan kabinetnya. Terlepas dari siapapun yang terpilih menjadi perdana menteri baru nantinya, pergantian perdana menteri ini harus terus diikuti dengan konsolidasi kabinet serta parlemen demi menjaga legitimasi dan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Referensi

BBC, 2020. “Mahathir Mohamad: Malaysian Prime Minister in Shock Resignation”, BBC, 24 Februari [daring]. Dalam https://www.bbc.com/news/world-asia-51610974 [diakses pada 17 Agustus 2021].

Chu et al., 2021. “Malaysian PM Muhyiddin Resigns as Political Crisis Escalates”, Reuters, 16 Agustus [daring]. Dalam https://www.reuters.com/world/asia-pacific/malaysian-pm-expected-resign-after-months-political-turmoil-2021-08-16/ [diakses pada 17 Agustus 2021].

CNN, 2021. “Malaysia Prime Minister Resigns after Losing Majority”, CNN, 16 Agustus [daring]. Dalam https://edition.cnn.com/2021/08/16/world/malaysia-prime-minister-resigns-intl-hnk/index.html [diakses pada 17 Agustus 2021].

Lee, Y. N., 2021. “Malaysia’s Prime Minister Muhyiddin Yassin and Cabinet Resign, Palace Confirms”, CNBC, 16 Agustus [daring]. Dalam https://www.cnbc.com/2021/08/16/malaysia-prime-minister-muhyiddin-yassin-cabinet-resign.html [diakses pada 17 Agustus 2021].

Ratcliffe, R., 2021. “Malaysian Prime Minister Resigns but Remains Interim Leader”, The Guardian, 16 Agustus [daring]. Dalam https://www.theguardian.com/world/2021/aug/16/malaysian-prime-minister-resigns-but-remains-interim-leader [diakses pada 17 Agustus 2021].

--

--

FPCI Airlangga
FPCI Airlangga

Written by FPCI Airlangga

FPCI Chapter Universitas Airlangga is a non-profit and political free organization focusing youth movement on foreign policy and international relation matters.

No responses yet