AIRLANGGA SDGs FESTIVAL 2022:
ESSAY COMPETITION WINNER ANNOUNCEMENT FOREIGN POLICY COMMUNITY INDONESIA CHAPTER UNIVERSITAS AIRLANGGA
We want to send a big appreciation to everyone who participated in our competition and make it a success!
And a special congratulations to the winner of Airlangga SDSs Festival 2022 Essay Competition. Our panel of judges, which included members of FPCI’s Airlangga teams, chose the winning entry based on how well it exemplified the entry requirements.
Once again, congratulations!
Here are the winning essay of Airlangga SDGs Festival 2022:
- 115_Inclusivity Education for Disability in Metaverse (Pendidikan yang Inklusif bagi Pasien Tunadaksa di Metaverse) — Epindonta Ginting, Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya
BAB 1. PENDAHULUAN
Setiap orang berpotensi menjadi disabilitas. Seseorang dapat menjadi disabilitas bukan hanya karena kelainan dalam kandungan, namun disabilitas juga dapat terjadi pada anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2015 yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS), penyandang disabilitas mengalami peningkatan sebanyak 2,61% (6.515.500 jiwa) dibandingkan tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, menurut data dari The LN-4 Prosthetic Hand pada tahun 2008, terdapat sebanyak 1,4 juta jiwa yang mengalami amputasi bawah siku (amputasi transradial) di negara berkembang (Bujawati,2015). Permasalahan yang sangat menonjol dari penyandang disabilitas ini adalah rendahnya Indeks Pendidikan penyandang disabilitas. Hal ini karena penyandang disabilitas masih mengalami tindakan diskriminasi, terutama terkendala dengan persyaratan “sehat jasmani dan rohani” yang selalu menjadi salah satu syarat umum yang mutlak dimiliki setiap orang. Diantaranya, seperti penerimaan mahasiswa baru di Universitas, syarat ini akan selalu muncul sebagai salah satu syarat umum yang harus dimiliki oleh calon mahasiswa.
Perguruan tinggi disinyalir menjadi tempat diskriminatif apabila tidak dilengkapi sarana sesuai kebutuhan penyandang disabilitas (Morgado et al., 2016). Bahkan, Penyandang disabilitas yang berhasil masuk ke dalam perguruan tinggi masih menghadapi perlakuan yang tidak tepat dan diskriminatif (Andayani & Afandi, 2019). Hal tersebut dapat berbentuk model pembelajaran yang tidak adaptif, lingkungan sosial yang belum ramah dan sarana dan prasarana yang tidak diakses oleh mahasiswa berkebutuhan khusus. Penyandang tuna daksa seperti amputasi bawah siku adalah salah satu yang paling terkendala dalam hal ini dikarenakan bagaimana mungkin mereka mendapatan Pendidikan yang layak jika untuk membaca dan menulis saja tidak bisa. Tidak hanya itu, mereka masih membutuhkan bantuan orang lain untuk dapat sampai ke sekolah. Hal ini diperparah oleh perundungan yang dilakukan oleh teman — teman maupun dosen di kampus dikarenakan perbedaan bentuk fisik yang terlihat. Hambatan — hambatan ini mengakibatkan penyandang disabilitas cenderung tidak melanjutkan pendidikannya
Hal ini bertentangan dengan prinsip Pendidikan yang inklusif yang diatur dalam peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan №46 Tahun 2014 mengenai Pendidikan Khusus. Pendidikan Inklusi merupakan proses belajar mengajar dimana peserta didik difabel menempuh pendidikan bersama dengan peserta didik nondifabel di sekolah reguler dengan modifikasi kurikulum dan pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan siswa (Setiati & Yusuf, 2016). Hal ini perlu menjadi perhatian dikarenakan dengan Pendidikan yang baik penyandang disabilitas dapat meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian.
Di sisi lain, kemudahan yang disuguhkan oleh perkembangan internet dan teknologi telah mempengaruhi sifat manusia baik secara fisik maupun psikis. Metaverse diyakini sebagai revolusi dari internet yang merupakan lingkungan virtual masif yang paralel dengan dunia fisik, dimana pengguna dapat berinteraksi melalui avatar digital (Thomason, 2021). Salah satu tujan dari metaverse ini adalah meningkatkan kualitas dibidang pendidikan. Dalam hal ini, pendidikan yang inklusif bagi penyandang disabilitas khususnya penyandang tuna daksa dapat dilakukan. Pada metaverse, avatar 3D petugas tenaga Pendidikan akan memiliki ruang untuk berkolaborasi dengan alat seperti papan tulis digital, dan mereka akan dapat bertemu secara real time di metavere sehingga penyandang tuna daksa tidak diharuskan untuk pergi ke kampus. Metaverse juga memberikan lingkungan tanpa diskriminasi sehingga penyandang disabilitas dapat berinteraksi dengan bebas tanpa adanya perbedaan fisik yang terlihat. Hal ini dapat tercapai jika avatar 3D penyandang tuna daksa dapat bergerak tanpa terbatas DOF layaknya pengguna normal biasa di Metaverse. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu perangkat yang memungkinkan penyandang tuna daksa untuk dapat mengakses sarana prasarana di metaverse, dalam hal ini adalah tangan virtual di metavese.
Melihat hal itu, peneliti menawarkan gagasan “Tangan Prostetik Virtual Berbasis Sinyal Elektromiographi yang Terintegrasi Metaverse Guna Mewujudkan Inklusivitas Pendidikan bagi Penyandang Tuna daksa di Era Merdeka Belajar”. Gagasan ini mengunakan perangkat pembaca sinyal saraf melalui elektroda yang ditempelkan pada flexor carpi radialis dan flexor carpi ulnaris otot lengan yang tersisa pada lengan yang tersisa dan menerjemahkannya kedalam gerakan. Dipilihnya metode ini dikarenakan metaverse diyakini sebagai revolusi berikutnya dari internet yang memungkinkan pengguna dapat membangun dunia yang mereka inginkan tanpa adanya batasan. Konsep ini akan memberikan sensasi menggunakan tangan seperti sungguhan sehingga penyandang tuna daksa dapat menggunakan sarana dan prasarana yang menunjang pendidikan di dunia Metaverse. Harapannya inovasi ini dapat mewujudkan Pendidikan inklusi sebagai hak konstitusional setiap warga negara guna memperoleh target SDGs Nomor 4 (quality education) dan SDGs nomor 3 (good health and well-being).
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi Penyandang Disabilitas di Indonesia
Pengertian penyandang disabilitas, berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UU №8/2016 tentang Penyandang Disabilitas, adalah “setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak”. Salah satu hambatan yang dialami adalah keterbatasan dalam mengakses Pendidikan yang menyebabkan rendahnya Indeks Pendidikan penyandang disabilitas.
2.2 Pendidikan Inklusif
Pendidikan Inklusi merupakan proses belajar mengajar dimana peserta didik difabel menempuh pendidikan bersama dengan peserta didik nondifabel di sekolah reguler dengan modifikasi kurikulum dan pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan siswa (Setiati & Yusuf, 2016). Hal ini perlu menjadi perhatian dikarenakan dengan Pendidikan yang baik penyandang disabilitas dapat meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian.
2.3 Sensor Electromyography
Sensor Electromyography (EMG) merupakan perangkat elektronik yang berfungsi sebagai pembaca sinyal gerak kontraksi pada otot yang diterima dalam bentuk getaran pada elektroda sensor dan dikonversi menjadi gelombang frekuensi terkondisi agar sinyal dapat ditransmisikan pada perangkat utama (Multajam, 2016).
Pengondisian frekuensi yang diterima oleh sensor EMG bergantung pada besar kerja otot manusia saat mengeluarkan tenaga, semakin kecil kerja otot yang dihasilkan maka frekuensi yang dihasilkan juga akan kecil. Sinyal elektrik yang diperoleh dalam sensor ter-record melalui interface dengan software python dan terbaca pada range frekuensi 20–500 Hz. Pada frekuensi tersebut ditransmisikan melalui filter basic op amp high pass yang berfungsi untuk pengondisian sinyal batas bawah frekuensi, dan low pass filter yang berfungsi untuk pengondisisan sinyal batas atas. Pengondisian sinyal frekuensi tersebut bertujuan untuk menyesuaikan antara input dan output pada setiap perangkat karena tiap perangkat memiliki besar input sinyal yang berbeda.
BAB 3. PRODUK
3.1 Prinsip Kerja
Gagasan ini berjudul “Tangan Prostetik Virtual Berbasis Sinyal Elektromiographi yang Terintegrasi Metaverse Guna Mewujudkan Inklusivitas Pendidikan bagi Penyandang Tunadaksa di Era Merdeka Belajar”. Prinsip kerja dari gagasan ini adalah dengan mengunakan perangkat pembaca sinyal saraf melalui elektroda yang ditempelkan pada flexor carpi radialis dan flexor carpi ulnaris otot lengan yang tersisa pada lengan yang tersisa dan menerjemahkannya kedalam gerakan yang terintegrasi dengan VR dan Kamera Motion Tracking. Perangkat ini akan memberikan sensasi menggunakan tangan seperti sungguhan sehingga penyandang tunadaksa dapat menggunakan sarana dan prasarana yang menunjang pendidikan di dunia Metaverse.
3.2 Perangkat Pendukung
Dikarenakan terhubung ke metaverse tentunya gagasan ini mengkolaborasikan teknologi Virtual Reality untuk memberikan aspek visual, camera motion tracking untuk mendeketsi gestur badan, dan EMG input device yang dapat mendeteksi sinyal listrik akibat respon gerakan otot sebagai pengganti extended reality.
3.3 Fitur Perangkat
Dalam penerapannya nantinya gagasan ini dilengkapi dengan indicator level kekuatan genggam (Power Grip dan Precision Grip) sehingga pengguna dapat mengendalikan kekuatan genggam. Disertai pula feedback berbentuk audio dan getaran untuk memaksimalkan sensasi penggunaan tangan virtual. Hal ini bertujuan agar penyandang tunadaksa dapat bergerak tanpa terbatas DOF layaknya pengguna normal biasa sehingga dapat menggunakan sarana dan prasarana yang menunjang pendidikan di dunia Metaverse secara optimal untuk tercapainya pendidikan yang inklusif.
BAB 4. MANFAAT
4.1 Penyandang Tunadaksa Tidak Perlu Kekampus
Dalam pelaksanaanya atavar tenaga pendidikan nantinya akan memiliki ruang untuk berkolaborasi dengan alat seperti papan tulis digital, dam mereka akan dapat bertemu secara realtime di metaverse sehingga penyandang tunadaksa tidak diharuskan untuk pergi ke kampus tetapi tetap merasakan pengalaman belajar mengajar seperti terasa di ruangan kelas yang terlihat seperti nyata. Sehingga yang umumnya membutuhkan bantuan orang lain untuk dapat sampai kekampus dapat teratasi.
4.2 Tidak adanya Perbedaan Bentuk Fisik yang Terlihat
Dalam penerapannya nantinya, pengguna akan berinteraksi dengan avatar 3D, dalam hal ini metaverse memberikan lingkungan tanpa diskriminasi sehingga penyandang disabilitas dapat berinteraksi dengan bebas tanpa adanya perbedaan bentuk fisik yang terlihat. Hal ini menjawab permasalahan yang dialami penyandang disabilitas secara umum, yaitu mengalami perundungan oleh teman maupun dosen di kampus sehingga menyebabkan mereka cenderung tidak melanjutkan pendidikannya lagi.
BAB 5. KESIMPULAN
Permasalahan yang sangat menunjol dari penyandang disabilitas ini adalah rendahnya Indeks Pendidikan penyandang disabilitas dikarenakan berbagai hambatan dalam pelaksanaanya. Pendidikan di Indonesisa juga disinyalir menjadi tempat diskrimitaif dikarenakan tidak dilengkapi dengan sarana sesuai kebutuhan penyandan disabilitas. Oleh karena itu, peneliti menawarkan gagasan “Tangan Prostetik Virtual Berbasis Sinyal Elektromiographi yang Terintegrasi Metaverse Guna Mewujudkan Inklusivitas Pendidikan bagi Penyandang Tunadaksa di Era Merdeka Belajar”. Dengan adanya konsep gagasan yang memberikan kemudahan bagi penyandang tunadaksa dalam melaksanakan pendidikan, peneliti berharap inovasi ini dapat mewujudkan pendidikan yang inklusif sebagai hak konstitusional setiap warga negara guna memperoleh target SDGs Nomor 4 (Quality Education) dan SDGs nomor 3 (good health and well-being).
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, Ro’fah, M. (2010). Inklusi Pada Pendidikan Tinggi: Best Practices Pembelajaran Dan Pelayanan Adaptif Bagi Mahasiswa Difabel Netra. (1st– 2010th ed.). Pusat Study Dan Layanan Difabel (PSLD) UIN Sunan Kalijaga.
Multajam, R. et al. 2016. “ALHAZEN: Journal of Physics Desain dan Analisis Electromyography (EMG) serta Aplikasinya dalam Mendeteksi Sinyal Otot,” Journal of Physics, 2(2), pp. 38–43. ISSN: 2407–9073.
Thomason, J. 2021. “MetaHealth — How will the Metaverse Change Health Care ?,”
Journal of Metaverse, 1(1), pp. 13–16.
- 119_DIHEALTH: Digital Healthynation sebagai Ruang Integrasi Kaum Muda melalui Pemanfaatan Teknologi Era Digital dalam Skema Three Pizza Slice (TPS) untuk Mewujudkan Indonesia Sehat 2030 — Wita Nursyifa, UIN Sunan Gunung Djati Bandung
PENDAHULUAN
Kaum muda di indonesia pada saat ini merupakan salah satu kelompok dengan populasi yang terbesar. Sehingga adanya bonus ini kaum muda perlu memiliki peran besar terhadap bangsa. Berdasarkan hasil sensus penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020 terdapat peningkatan yang signifikan terhadap jumlah penduduk usia produktif yakni usia 15–64 tahun. Peningkatan yang terjadi mencapai 70–72% dari total penduduk Indonesia atau sekitar 191 juta.
Didukung dengan adanya siaran pers oleh Bappenas bahwa pada tahun 2030–2040 usia produktif di Indonesia di perkirakan akan mencapai 64% yang diperkirakan sekitar 297 juta jiwa (Afandi, 2017). Dengan bonus demografi ini perlu adanya langkah taktis di bidang kesehatan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas masyarakat untuk membentuk suatu kehidupan yang sehat dan sejahtera. Berikut data hasil sensus penduduk 2020.
Gambar 1. Data Hasil Sensus Penduduk 2020 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
Berdasarkan hal yang dipaparkan oleh World Health Organization (WHO) bahwa sehat adalah suatu kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang merupakan suatu kesatuan dan bukan hanya terbebas dari suatu penyakit atau kecacatan. Ada tiga komponen penting yang menjadi satu kesatuan dalam definisi sehat yaitu kesehatan jasmani, mental dan spiritual.
Sedangkan, pada kondisi saat ini sumber daya manusia masih menghadapi permasalahan kualitas kesehatan yang memburuk. Hal ini terjadi karena kurangnya kepedulian masyarakat akan gizi dan nutrisi yang harus terpenuhinya di setiap individu masing-masing. Skor Indeks Ketahanan Kesehatan Global (Global Health Security Indeks) adalah sebesar 38,9 poin dari skala 0–100 pada tahun 2021. Amerika Serikat, Australia, Kanada, Inggris dan Jerman merupakan negara dengan indeks kesehatan tertinggi dengan pemerolehan skor 65,5–75,9 poin. Sedangkan negara Indonesia hanya meraih skor sebesar 50,4 poin dalam indeks tersebut, sehingga negara Indonesia menempati peringkat ke-45 skala global dalam kesehatan.
Selain itu, salah satu bukti rendahnya kualitas kesehatan masyarakat Indonesia dibuktikan dengan pernyataan yang diungkapkan oleh World Health Organization (WHO) bahwa 7,8 juta dari 23 juta balita, yakni sejumlah 35,6% balita di Indonesia mengalami stunting. Sebanyak 18,5% balita dikategorikan sangat pendek dan 17,1% dikategorikan pendek, padahal batas toleransi stunting maksimal 20% atau seperlima dari jumlah seluruh balita. Hal ini berdampak terhadap kualitas ketenagakerjaan di Indonesia. Oleh karena itu, masalah kesehatan harus menjadi perhatian khusus untuk diuraikan permasalahannya secara bertahap dan signifikan untuk mewujudkan agenda Sustainable Development Goals 2030.
Demi terwujudnya hal tersebut, perlu adanya pembangunan suatu komunitas pemuda yang peduli akan kesehatan masyarakat. Dimana komunitas ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia di masa yang akan datang dengan membidangi dalam segi pengetahuan dan pemberdayaan kesehatan. Komunitas kesehatan ini dapat disebut sebagai Healthynation yang didalamnya merupakan pemuda-pemuda yang ahli dalam bidang kesehatan dan teknologi, juga pemuda yang peduli terhadap kesehatan masyarakat. Sehingga hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan dapat dikemas melalui pemanfaatan teknologi di
Era digital berupa aplikasi yang dapat dijangkau oleh banyak orang. Aplikasi tersebut merupakan perwujudan program daripada komunitas Healthynation yang nantinya akan dikelola dan dijalankan. Aplikasi tersebut dinamakan Dihealth (Digital Healthynation).
Sehingga, dilakukannya penulisan analisis dan gagasan secara ilmiah ini bertujuan dengan harapan bisa mendapatkan analisis terperinci terkait sistem aplikasi Dihealth (Digital Healthynation) yang diciptakan oleh komunitas Healthynation, arah gearknya, pengimplementasian serta penatalaksanaannya yang dapat memberikan manfaat kepada seluruh elemen masyarakat. Hal ini disusun sebagai bentuk kritikan dan masukan bagi pemerintah dan seluruh pemangku kebijakan untuk dapat menumbuhkan kesadarannya akan pentingnya pembentukan dan peningkatan kualitas masyarakat Indonesia berdasarkan sifat persatuan
PEMBAHASAN
Dihealth (Digital Helathynation) merupakan sebuah aplikasi kesehatan yang akan diciptakan dan dikelola oleh suatu komunitas kesehatan yang bernama Healthynation. Helathynation adalah sebuah komunitas terobosan bagi kaum muda untuk mengatasi minimnya kualitas sumber daya manusia dari segi kesehatannya. Komunitas Healthynation nantinya akan bekerja sama merancang aplikasi Dihealth dan mengelolanya, dengan harapan dapat terwujudnya masyarakat yang sehat dan sejahtera. Aplikasi Dihealth dapat diakses oleh siapa saja, kapan pun dan dimana pun mereka berada.
Gambar 2. Logo Dihealth (Digital Healthynation) Sumber: Penulis
Pada logo di atas menggambarkan bahwa Dihealth mengutamakan kesehatan dalam mendukung peningkatan kualitas masyarakat berkelanjutan. Didukung dengan adanya pendigitalisasian, ketika konsep kehidupan tidak hanya terbatas untuk faktor manufaktur, tetapi juga memecahkan masalah sosial dengan bantuan integrasi ruang fisik dan virtual. Logo tersebut digunakan untuk identitas aplikasi Dihealth yang nantinya dapat diakses oleh semua masyarakat Indonesia di setiap daerah.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa pada era digital ini segala sesuatu di ranah kehidupan beranjak menjadi serba digital. Terdapat beberapa aplikasi kesehatan yang melayani konsultasi pengobatan masyarakat di seluruh daerah, namun hal tersebut tidak dapat mengatasi minimnya kualitas kesehatan masyarakat Indonesia secara taktis karena keterbatasan fitur yang ada di dalamnya. Maka Dihealth (Digital Healthynation) memiliki tiga konsep yang nantinya akan dikemas dengan menggunakan menu-menu yang tersedia di dalam aplikasinya. Konsep-konsep tersebut merupakan program yang akan dilaksanakan oleh komunitas Healthynation, antara lain sebagai berikut:
1. Wicara Sehat
Wicara sehat merupakan salah satu menu yang akan ada dalam aplikasi Dihealth. Dalam menu wicara sehat ini terdapat edukasi megenai kesehatan untuk masyarakat luas, juga terdapat layanan untuk masyarakat yang ingin berkonsultasi mengenai kesehatan tanpa harus mengunjungi dokter secara langsung. Hal ini dikelola oleh komunitas Healthynation dalam mewujudkan masyarakat yang sadar akan pentingnya kesehatan serta masyarakat yang sejahtera.
2. Sehat Santun
Sehat santun merupakan menu kedua yang akan muncul dalam beranda aplikasi Dihealth. Dalam menu sehat santun ini disediakan database untuk merekam data yang diperuntukan bagi masyarakat yang membutuhkan bantuan dalam pengobatan. Setiap masyarakat yang membutuhkan pengobatan berkelanjutan di setiap daerah memiliki hak untuk mengajukan pengobatan gratis atau bantuan pengobatan lainnya
dengan mengisi data-data yang telah ditentukan dalam menu sehat santun, aplikasi Dihealth.
Sedangkan data masyarakat yang membutuhkan bantuan pengobatan yang telah terekam dalam database aplikasi Dihealth selanjutnya akan diproses oleh komunitas Healthynation untuk kemudian diberikan bantuan.
Dana untuk memberikan bantuan pengobatan kepada masyarakat yang tidak mampu diperoleh dari anggaran komunitas Healthynation juga penggalangan donasi dari orang-orang dermawan melalui aplikasi Dihealth, karena pada menu sehat santun tidak hanya terdapat fitur untuk mengirimkan data masyarakat yang tidak mampu dalam biaya pengobatan saja, tetapi juga terdapat fitur untuk pengiriman donasi. Jadi setiap orang yang memiliki kedemawanan dan keinginan untuk membantu masyarakat di setiap daerah yang tidak mampu berobat, bisa membantunya dengan cara mengirimkan donasi melalui aplikasi Dihealth.
3. Sehat Selamat
Sehat selamat adalah menu ketiga dalam aplikasi Dihealth. Pada menu ini terdapat data dan kontak rumah sakit di seluruh daerah Indonesia. Sehingga memudahkan masyarakat Indonesia dalam memesan rumah sakit dan ambulan dalam keadaan darurat. Ketika masyarakat Indonesia sedang ada dalam keadaan darurat kesehatan seperti serangan jantung atau kecelakaan, mereka bisa langusung login ke aplikasi Dihealth, memilih menu sehat selamat, dan memesan rumah sakit atau ambulan terdekat dengan lokasi darurat kesehatan tersebut. Dengan begitu besar peluang keselamatan pasien yang darurat tersebut karena penanganannya yang dilakukan dengan cepat dan tepat.
Berikut diagram alir aplikasi Dihealth:
Alur penggunaan yang terdapat pada diagram alir di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Login. Pengguna mengisi identitas akun Dihealth dengan email dan password. Jika belum memiliki akun, pengguna akan diarahkan untuk membuat akun terlebih dahulu.
2. Menu akan tersedia pada halaman utama setelah berhasil masuk dengan akun. Terdapat tiga menu yakni Wicara Sehat, Sehat Santun dan Sehat Selamat.
3. Wicara Sehat merupakan menu yang diperuntukkan bagi yang membutuhkan informasi terkait kesehatan dan ingin berkonsultasi terhadap kondisi kesehatannya. Ketika menu Wicara Sehat tersebut diklik maka akan muncul pilihan informasi kesehatan atau konsultasi kesehatan.
4. Sehat Santun merupakan menu yang diperuntukkan bagi orang-orang di setiap daerah yang membutuhkan bantuan pengobatan dan ingin mengajukan pengobatan gratis ataupun bantuan pengobatan lainnya. Selain itu, menu ini juga diperuntukkan bagi orang-orang dermawan yang ingin melakukan donasi kesehatan untuk orang-orang yang membutuhkan bantuan. Maka dalam menu ini terdapat dua pilihan atau fitur, yaitu fitur untuk mengirimkan data sebagai pengajuan ketidakmampuan dalam berobat dan fitur untuk memberikan donasi kesehatan.
5. Sehat Selamat merupakan menu yang diperuntukkan bagi orang-orang yang ada dalam darurat kesehatan, seperti orang-orang yang mengalami kecelakaan ataupun darurat penyakit lainnya, serangan jantung dan lain sebagainya. Dalam menu Sehat Selamat ini terdapat kontak dan data rumah sakit di seluruh Indonesia. Sehingga jika di suatu daerah terjadi darurat kesehatan bisa langsung memasuki aplikasi Dihealth, memilih menu sehat selamat dan melakukan pemesanan rumah sakit atau ambulan terdekat.
6. Setelah menyelesaikan kebutuhannya, pengguna dapat menekan keluar kemudian logout pada menu utama.
Program ini dilakukan oleh komunitas Healthynation melalui pemanfaatan teknologi di era digital berupa aplikasi Dihealth dalam rangka misi mencapai generasi yang berkehidupan sehat dan sejahtera. Sehingga untuk meraih hal tersebut komunitas Healthynation memiliki kurikulum tersendiri dalam memfokuskan tujuan tersebut melalui skema “Three Pizza Slice” di bawah ini.
Gambar 4. Three Pizza Goals Design
Sumber: Penulis
Three Pizza Slice (TPS) memiliki makna sebagai betikut:
· Berawal dari nilai Knowing, anggota Healthynation akan didorong untuk mengetahui informasi dan pengetahuan. Poin ini perlu dituju untuk dapat dipraktikkan oleh pribadi masing-masing terlebih dahulu sebelum orang lain mengetahuinya dan melakukannya, juga sebelum anggota Healthynation dapat mengimplementasikannya dalam aplikasi Dihealth.
· Melangkah dalam nilai Doing, yang artinya anggota sudah mengetahui dan cakap untuk mengimplementasikan pengetahuan yang dimilikinya tersebut, sehingga dengan dilaksanakannya tersebut akan menarik orang-orang sekitarnya untuk melakukan pula, mengenal dan menggunakan aplikasi Dihealth untuk masalah kesehatan mereka.
· Tahap akhir masuk ke nilai Sharing, dengan disebarkannya melalui pengetahuan serta perlakuan melalui aplikasi Dihealth akan membuat lebih banyak massa yang akan sadar terhadap pentingnya kesehatan. Sehingga, ketiga poin tujuan ini akan menjadi kesatuan sinergi jika seluruh elemen sadar dan peduli untuk membangun dan mengingatkannya satu sama lain.
Adapun dalam pengimplementasian aplikasi Dihealth oleh komunitas Healthynation ini perlu adanya kolaborasi dan komunikasi kepada beberapa pihak agar pelaksanaan dapat dilakukan secara maksimal.
Naungan utama komunitas Healthynation adalah Kemenkes yang nantinya akan berkoordinasi dengan Kemendikbud untuk menjaring mahasiswa teknik informatika dan mahasiswa kesehatan di perguruan tinggi setiap daerah untuk digabungkan dengan pemuda non-mahasiswa yang telah dijaring oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Dimasukkannya kelompok pemuda dari non-mahasiswa disini adalah dengan tujuan dapat menyelaraskan langkah untuk sama-sama membangun masyarakat yang berkualitas di daerah lingkungannya masing-masing.
Adapun untuk kualifikasi anggota yang akan dihimpun dalam komunitas Healthynation ini ditentukan oleh pihak Kemenkes dan juga Kemendikbud untuk nantinya mengelola aplikasi Dihealth. Dimana saat penerjangan perlu adanya komunikasi dengan rumah sakit daerah setempat guna memastikan terdapat bantuan tangan dan regulasi dalam terselenggaranya program Healthynation yang dikemas dalam aplikasi Dihealth. Sehingga, dapat menghindari adanya miskomunikasi antara pihak komunitas, rumah sakit, pemerintah, dan juga lingkungan masyarakat.
PENUTUP
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, Dihealth (Digital Healthynation) akan sangat berpengaruh dalam mempersiapkan adanya bonus demografi untuk mencapai agenda Sustainable Development Goals 2030. Adanya Dihealth (Digital Healthynation) juga akan sangat membantu dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia yang sehat, sehingga dapat menyongsong kehidupan yang sejahtera. Pemanfaatan teknologi di era digital melalui aplikasi Dihealth yang bergerak dalam bidang kesehatan akan sangat bermanfaat bagi seluruh elemen masyarakat Indonesia. Pasalnya melalui aplikasi tersebut masyarakat dapat lebih teredukasi dalam bidang kesehatan, karena masyarakat mendapatkan informasi dan hak berkonsultasi mengenai kondisi kesehatan mereka dalam aplikasi Dihealth. Selain itu, adanya aplikasi Dihealth yang dikelola oleh komunitas Healthynation ini akan menjadi solusi bagi masyarakat yang membutuhkan bantuan pengobatan di seluruh daerah, juga membantu mereka dalam mencari rumah sakit dan pemesanan ambulan terdekat, sehingga pasien yang mengalami gawat darurat akan besar peluang selamatnya karena penanganan yang lebih cepat.
Dari sinilah peradaban Indonesia sehat dan sejahtera sebagai upaya perwujudan agenda Sustainable Development Goals di tahun 2030 dengan bersubstansikan masyarakat dengan kualitas yang cemerlang, berdaya guna dan lebih maju dan peduli terhadap kesehatan. Sehingga, satu saran penting yang perlu dilakukan untuk pemerintah adalah bersiap untuk mulai memetakan langkah, membentuk tim pelaksana, dan bersegera mengeksekusinya Bersama kolaborator kebaikan lainnya di tingkat pemerintahan serta mengakar kepada seluruh elemen mayarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, T. (2017, May 22). Bonus Demografi 2030–2040 : Strategi indonesia Terkait Ketenagakerjaan dan Pendidikan.
Anonim. (2020). Panduan Iterim. In Pelayanan Kesehatan Berbasis Komunitas, Termasuk Penjangkauan dan Kampanye, dalam Konteks Pandemi Covid-
19. Geneva: World Health Organization dan United Nations Children’s Fund (UNICEF).
Skobelev, D. P., & Borovik, D. S. (2017). On The Way From Industry 4.0 to Industry 5.0 : From Digital Manufacturing to Digital Society. International Scientific Journal “Industry 4.0”, II(6), 307–311.
- 230_ASPIRIN: Platform Ruang Aspirasi Digital bagi Perempuan Indonesia — Septiawan Pebrianto dan M. Dafa Ramadhan, Institut Pertanian Bogor
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ketidaksetaraan gender menjadi permasalahan serius yang masih dihadapi oleh dunia terutama Indonesia itu sendiri. Salah satu permasalahan ketidaksetaraan gender yaitu masih rendahnya tingkat partisipasi perempuan dalam bidang ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan dan politik di masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan data dari World Economic Forum yang merilis Global Gender Gap Report 2022 yang mana Indonesia memperoleh skor Indeks Ketimpangan Gender (IKG) sebesar 0,697 dengan menempati peringkat ke-92 dari 146 negara. Angka tersebut mengalami kenaikan sebanyak 0,009 dari tahun 2021 yaitu dengan skor 0.688. Indonesia masih memiliki beban dalam ketidaksetaraan gender bidang politik yang merupakan indikator paling rendah melibatkan partisipasi perempuan dengan skor sebesar 0,168 (di bawah rata-rata global).
Perempuan masih sering mengalami ketidakadilan dalam lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerja. Masih adanya isu gender seperti marginalisasi, subordinasi, stereotipe, beban kerja, dan kekerasan seksual yang dialami oleh perempuan. Hal tersebut terjadi karena masyarakat masih menganggap derajat perempuan berada di bawah laki-laki, sehingga perempuan cenderung sering dinomorduakan dan direndahkan dalam masyarakat. Salah satu permasalahan aktual yang terjadi yaitu kekerasan seksual di sebuah lembaga pendidikan agama yang mana pelakunya yaitu guru dari lembaga pendidikan tersebut dengan jumlah korban sebanyak 13 (tiga belas) siswi. Peristiwa tersebut menarik perhatian masyarakat Indonesia khususnya Komnas Perempuan dalam menangani kasus ini karena korban yang berjumlah banyak dan memiliki rasa trauma setelah kejadian tersebut.
Permasalahan lainnya yang terjadi di bidang pendidikan menjadi salah satu contoh dengan kaitannya pada permasalahan stereotip gender, masih banyak yang menilai bahwa perempuan tidak perlu untuk bersekolah tinggi-tinggi karena perempuan sendiri akan berkutat di dapur serta mengurus rumah tangga. Kasus perempuan putus sekolah merupakan masalah yang masih dapat kita temui terutama di daerah pedesaan, setelah putus sekolah para perempuan justru memutuskan untuk menikah dini, bahkan satu dari banyak hal terjadinya pernikahan dini dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang seks sehingga terjadi kehamilan di luar nikah. Hal ini dibuktikan dengan data infografis yang menyatakan bahwa pernikahan dini di pedesaan lebih besar dibanding dengan perkotaan dengan total 27,11% dengan 17,09%.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi ketimpangan gender yaitu melalui pendekatan Gender Equality and Social Inclusion (GESI). Menurut McNamara dan Harris-Coble (2018), Gender Equality and Social Inclusion (GESI) adalah suatu konsep yang membahas ketidaksetaraan relasi kuasa yang dialami oleh orang-orang berdasarkan gender, kekayaan, kemampuan, lokasi, kasta/etnis, bahasa dan kapasitas individu, atau kombinasi dari aspek-aspek tersebut.
Dalam pendekatan GESI diperlukan adanya dua komponen utama yang saling berhubungan yaitu kesetaraan gender dalam distribusi kesempatan, pilihan, dan sumberdaya yang tersedia bagi perempuan dan laki-laki agar memiliki kuasa yang setara untuk membangun kehidupan dan berpartisipasi dalam prosesnya. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan GESI sebagai langkah strategis dalam mewujudkan kesetaraan gender di Indonesia.
Hadirnya Aspirin atau Ruang Aspirasi Perempuan Indonesia yang berbasis platform digital dengan menggunakan Instagram sebagai media utama dalam menerima aspirasi perempuan terkait isu gender yang dialaminya. Platform Aspirin akan bekerjasama dengan beberapa pihak atau stakeholder seperti Komisi Nasional Perempuan, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak supaya dapat membantu mengatasi permasalahan yang terjadi. Diharapkan dengan hadirnya platform
Aspirin dapat membantu perempuan Indonesia yang takut untuk mengungkapkan tindakan-tindakan tercela yang dialami oleh dirinya.
ISI
Tentang Aspirin (Ruang Aspirasi Perempuan Indonesia)
Aspirin atau Ruang Aspirasi Perempuan Indonesia merupakan sebuah platform yang menggunakan media sosial Instagram sebagai sarana untuk mewadahi aspirasi perempuan Indonesia terkait isu kesetaraan gender yang dialami dalam kehidupan. Nama Aspirin diambil dari salah satu jenis obat yang dapat membantu meringankan peradangan dan demam. Sebagai harapan Aspirin dapat meredam ketidakadilan kesempatan yang dirasakan oleh perempuan di Indonesia, terutama dalam menyuarakan pendapat dan aspirasinya. Hal tersebut yang menjadikan Aspirin terbentuk karena keresahan permasalahan ketidaksetaraan gender sebagai bentuk peradangan yang terjadi di masyarakat. Para perempuan yang melapor dapat mengirimkan pesan atau cerita melalui direct message di Instagram dan hotlines yang menggunakan aplikasi Whatsapp tanpa rasa takut akan terbongkar data dirinya. Platform ini akan menjaga kerahasiaan data pelapor untuk keselamatan dirinya dan sekitar. Platform Aspirin memiliki dua program unggulan yaitu Ruang Aspirasi dan Kampanye Gender yang bertujuan sebagai gerakan aksi kolektif untuk perempuan Indonesia.
Aspirin menaungi permasalahan-permasalahan ketimpangan gender yang sering terjadi pada masyarakat Indonesia, antara lain adalah permasalahan stereotip, beban kerja, subordinasi, marginalisasi dan kekerasan yang sering didapatkan perempuan baik dalam keluarga maupun ruang publik. Hal ini menjadi concern bagi Aspirin untuk mewujudkan kehidupan yang inklusif dengan mewujudkan salah satu SDGs kelima yaitu kesetaraan gender.
Tujuan Aspirin (Ruang Aspirasi Perempuan Indonesia)
Aspirin atau Ruang Aspirasi Perempuan Indonesia merupakan salah satu platform media sosial yang menyerukan prioritas mengenai distribusi kesempatan, pilihan dan sumberdaya yang sama baik perempuan dan laki-laki agar memiliki kuasa yang setara untuk membangun kehidupan dan berpartisipasi dalam prosesnya sesuai dengan pendekatan GESI (Gender Equality and Social
Inclusion). Pada proses berjalannya program ini diharapkan antara perempuan dan laki-laki memiliki kesetaraan akses dan relasi kuasa yang sama dalam kaitannya untuk mewujudkan kehidupan yang inklusif dan bersama-sama membangun Indonesia tanpa adanya kesenjangan antara keduanya.
Namun dalam implementasinya, pelaksanaan program ini tidak dapat berjalan tanpa adanya tiga cara pengimplementasiannya itu sendiri, seperti 1) Kebijakan praktik yang mendukung, hal ini diidentifikasikan bahwa pemerintah dan stakeholders yang terlibat turut mendukung adanya kesetaraan gender di Indonesia; 2) Melakukan perubahan di tingkat akar rumput, dengan partisipasi dan keinginan yang besar dari masyarakat, aktivis, policy maker serta kampanye dan advokasi secara terus menerus; 3) Pengumpulan data menjadi salah satu cara pengimplementasian program ini untuk membantu platform ini dapat terlaksana secara efektif. Data literacy menjadi penting untuk membentuk argumen serta tuntutan yang kuat atas apa yang menjadi keresahan para perempuan Indonesia.
Rencana Program Aspirin Ruang Aspirasi
Ruang aspirasi menjadi salah satu fitur utama dalam platform ini. Dari adanya ruang aspirasi ini, para perempuan diharapkan mampu memberikan keluhan mengenai apa yang dihadapinya terutama berkaitan tentang ketimpangan gender yang mereka alami. Program Aspirin ini berkolaborasi dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Komnas Perempuan serta Komnas HAM sebagai penyokong legalitas platform ini dan sebagai payung hukum yang melindungi para penyalur aspirasi dan juga platform ini sendiri.
Sasaran dari platform ini adalah para perempuan yang merasakan ketidakadilan gender, baik dalam dunia kerja, aksesibilitas sumberdaya, pendidikan, bahkan permasalahan dalam rumah tangga. Ruang aspirasi ini menampung keluhan dari para perempuan yang kemudian akan diteruskan kepada Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Komisi Nasional serta Komisi Nasional Hak Asasi Manusia untuk melakukan mediasi terkait permasalahan yang terjadi. Jika masalah tersebut berkaitan dengan lapangan serta kesempatan kerja, maka Kementerian Ketenagakerjaan menjadi salah satu stakeholder yang menjadi target mediasi terkait permasalahan yang terjadi. Diharapkan setelah adanya mediasi kepada pihak yang terkait, permasalahan yang dialami oleh para perempuan yang merasakan ketimpangan gender dapat segera diatasi dengan berbagai solusi yang dapat ditemukan.
Sehubung dengan Aspirin menggunakan GESI sebagai landasan berdirinya, maka inklusivitas adalah tujuan utama dari Aspirin. Aspirin berusaha untuk mengentaskan ketidaksetaraan relasi kuasa, baik dikarenakan kemampuan, kekayaan, adat atau ras, kapasitas seseorang, atau bahkan kombinasi dari hal-hal tersebut. Maka dari itu, segala keresahan yang masih sering dialami oleh perempuan dalam masyarakat menjadi concern utama dari Aspirin itu sendiri, maka dari itu diciptakanlah Ruang Aspirasi.
Salah satu permasalahan yang menjadi keresahan para perempuan di Indonesia adalah stereotip gender yang mereka terima karena sudah tertanamnya doktrin bahwa perempuan adalah sosok perasa, lemah dan dinilai lebih mampu melakukan pekerjaan repetitif. Stereotip tersebut mengakibatkan perempuan memiliki kesempatan yang rendah dibandingkan dengan laki-laki, terutama dalam hal lapangan kerja. Hal ini dibuktikan berdasarkan data BPS tahun 2021 yang menyatakan bahwa tenaga kerja perempuan terutama dalam pekerjaan formal lebih rendah dibanding laki-laki dengan perbandingan presentasi 43,39% dan 36,20%.
Dalam hal ini, perempuan bisa memberikan keluhan mengenai ketidaksetaraan kesempatan kerja tersebut di ruang aspirasi. Ruang aspirasi sebagai bagian dari aspirin akan menampung berbagai keresahaan perempuan di Indonesia dan membantu dalam penyelesaian permasalahan itu sendiri. Ruang aspirasi terbuka bagi seluruh kalangan kaum perempuan baik dari remaja hingga orang tua sekalipun, menyadari bahwa ketimpangan gender terjadi pada seluruh lini usia, tidak memandang tua dan muda, tidak memandang ras atau suku sekalipun.
Partisipasi perempuan merupakan inti dari keberlanjutan ruang aspirasi dari platform Aspirin, tanpa adanya partisipasi perempuan Aspirin tidak dapat mewujudkan kesetaraan gender sesuai dengan tujuan SDGs kelima, maka dari itu Aspirin tidak hanya menyediakan ruang aspirasi sebagai platform utamanya. Campaign atau kampanye gender menjadi salah satu cara dari Aspirin untuk menggaet para perempuan untuk turut menciptakan kesetaraan gender yang kemudian dapat menciptakan lingkungan kehidupan yang inklusif.
Kampanye Gender
Program selanjutnya yaitu kampanye terkait isu gender yang sering terjadi di masyarakat seperti marginalisasi, subordinasi, stereotipe, beban kerja, dan kekerasan seksual. Kampanye dilakukan dengan memanfaatkan platform digital seperti Instagram karena sebanyak 100 juta penduduk Indonesia menggunakan aplikasi tersebut. Kampanye gender ini bertujuan untuk menyuarakan keresahan perempuan terkait isu ketidakadilan yang dialami perempuan. Kampanye ini akan melibatkan beberapa pihak juga seperti Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Komnas Perempuan serta Komnas HAM.
Sasaran dari kampanye ini adalah para perempuan yang memiliki rasa kesatuan untuk memberantas ketidakadilan gender yang dirasakan oleh perempuan. Dengan melibatkan berbagai pihak, diharapkan kampanye ini membawa dampak positif bagi masyarakat Indonesia agar lebih terbuka wawasannya terkait kesetaraan gender. Tidak hanya perempuan saja yang dapat terlibat, laki-laki juga dapat membantu mendukung kampanye ini supaya berjalan sesuai rencana. Terdapat beberapa program kampanye gender yang akan dilakukan, yaitu:
Kampanye pertama, yaitu terkait kekerasan seksual yang kerap kali terjadi di lingkungan tempat tinggal. Kampanye ini akan menggunakan tagline “Satu Perempuan, Satu Harapan” dengan harapan bahwa setiap perempuan merupakan harapan untuk menjadikan kehidupan yang inklusif. Setiap perempuan memiliki kesempatan untuk menyuarakan harapan-harapan mereka tentang upaya pemberantasan kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan sekitar.
Kampanye kedua, yaitu terkait ketimpangan dalam bidang ekonomi khususnya dunia kerja. Tidak dapat dipungkiri bahwa kenyataan dalam dunia kerja masih terjadi diskriminasi dan subordinasi terhadap perempuan oleh kaum laki-laki yang merasa dominan dibandingkan perempuan. Dilansir dari DetikNews, seorang tenaga kerja wanita (TKW) mengalami kekerasan fisik berupa siksaan dari majikannya dan tidak diberikan upah selama 9 tahun di Malaysia. Hal tersebut akan semakin gawat jika perempuan tidak memiliki kesempatan untuk mengutarakan pendapatnya. Oleh karena itu, kampanye kedua ini memfokuskan terhadap ketidakadilan dalam dunia kerja.
Kampanye ketiga, yaitu terkait isu stereotip gender yang sering dialami oleh perempuan. Kenyataan di masyarakat yaitu perempuan dianggap sebagai kaum yang lemah dan tidak berdaya. Perempuan dinilai hanya akan menempatkan derajat posisi lebih rendah daripada laki-laki karena perempuan kurang memiliki akses dan kontrol terhadap sumber daya yang tersedia. Masyarakat juga masih banyak yang beranggapan bahwa perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi, jika pada akhirnya akan mengurusi sumur, dapur, dan kasur. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor sosial-budaya masyarakat yang masih melekat akan sulit dilepas jika tidak ada perubahan dalam diri perempuan itu sendiri.
Dari kampanye-kampanye tersebut diharapkan masyarakat di Indonesia lebih sadar dan aware tentang eksisnya kesetaraan gender di tengah-tengah masyarakat. Segala bentuk diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan diharapkan dapat dihapuskan sehingga perempuan dapat merasa aman dalam menjalani kehidupannya sehari-hari, karena selain dilindungi payung hukum, masyarakat juga sudah mulai sadar dengan kesetaraan gender yang menjadi tuntutan para perempuan karena adanya kampanye kesetaraan gender yang merupakan salah satu program dari Aspirin itu sendiri.
Penutup
Dengan hadirnya Aspirin diharapkan dapat meningkatkan kesadaran mengenai kesetaraan gender, tidak hanya perempuan, namun juga untuk laki-laki.
Dari keberadaan Aspirin juga diharapkan para perempuan dapat berani untuk menyerukan suaranya untuk menciptakan kehidupan yang inklusif sesuai dengan tujuan SDGs itu sendiri. Ruang aspirasi disediakan oleh aspirin sebagai sarana para perempuan untuk menyalurkan keresahan atau keluh kesah mereka, terutama bagi yang merasakan ketidakadilan gender. Selain itu, Aspirin menyediakan Kampanye Gender untuk menyerukan berbagai keresahan yang sudah disampaikan melalui Ruang Aspirasi, hal ini ditujukan untuk meningkatkan awareness para perempuan dan juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang ketidakadilan gender yang terjadi pada saat ini.
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik. (2021). Persentase Tenaga Kerja Formal Menurut Jenis Kelamin (Persen) 2019–2021. Dapat diakses pada https://www.bps.go.id/indicator/6/1170/1/persentase-tenaga-kerja-formal-me nurut-jenis-kelamin.html.
McNamara, K., & Harris-Coble, L. (2018). Best Practices for Integrating Gender Equity and Social Inclusion (GESI) Strategies within Nepal’s Agricultural Extension System. Dapat diakses pada http://ingenaes.illinois.edu/wp-content/uploads/ING-TN-2018_06-Gender-E quity-and-Social-Inclusion-GESI-Strategies-Nepal-Harris-Coble-1.pdf
Pahlevi, R. (2022). Indeks Ketimpangan Gender Indonesia, Terburuk di Bidang Politik. databoks.katadata.co.id. dapat diakses pada https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/07/18/indeks-ketimpangan- gender-indonesia-terburuk-di-bidang-politik#:~:text=Dalam%20laporan%20 WEF%20tahun%20ini,berada%20di%20peringkat%20ke%2D101.
Paolo, B. (2018). Perkawinan Anak Paling Banyak di Perdesaan. IndonesiaBaik.id. Dapat diakses pada https://indonesiabaik.id/infografis/perkawinan-anak-paling-banyak-di-perde saan.
Ramdhani, J. (2022). Miris! TKW Disiksa-Tak Digaji 9 Tahun di Malaysia, Majikan Diputus Bebas. newsdetik.com. Dapat diakses pada https://news.detik.com/berita/d-5949951/miris-tkw-disiksa-tak-digaji-9-tahu n-di-malaysia-majikan-diputus-bebas.
Rizaty Ayu, M. (2022). Pengguna Instagram Indonesia Terbesar Keempat di Dunia. dataindonesia.id. Dapat diakses pada https://dataindonesia.id/digital/detail/pengguna-instagram-indonesia-terbesa r-keempat-di-dunia.