A New Indonesian Foreign Policy After the 2024 Presidential Election:
Hilirisasi Jadi Kunci?
Penulis: Shafa Rizky Raqim Petra
Pemilihan presiden di Indonesia resmi berakhir, dengan terpilihnya pasangan calon nomor urut dua, Prabowo-Gibran sebagai Presiden-Wakil Presiden Indonesia, dan akan segera menduduki kursi tertinggi kepala pemerintahan. Sebelumnya, seketika Prabowo-Gibran memimpin perhitungan quick count, beberapa pemimpin dunia, seperti Perdana Menteri (PM) Australia, Anthony Albanese, Presiden Vladimir Putin dari Rusia, PM Mark Rupert dari Belanda, PM Anwar Ibrahim dari Malaysia, hingga PM Rishi Sunak dari Inggris sudah memberikan selamat atas perolehan suara tertinggi di Pemilu 2024 (Asia News Network 2024; VOI 2024). Hal tersebut menjadi cukup menarik mengingat bahwa pada saat itu, penghitungan suara belum sepenuhnya selesai sekalipun margin of error penghitungan cepat hanya berkisar 1% (CSIS Indonesia 2024).
Dengan Prabowo-Gibran secara resmi memenangkan Pemilu 2024, pasangan tersebut akan menjadi navigator baru bagi kebijakan luar negeri Indonesia. Jika merujuk pada Visi-Misi Prabowo-Gibran, peningkatan kepemimpinan dan pengaruh Indonesia secara internasional menjadi agenda utama kebijakan luar negeri (Prabowo-Gibran 2024). Prabowo-Gibran mengidentifikasi situasi konflik berkepanjangan di Ukraina dan Palestina sebagai salah satu tantangan strategis yang dapat mengganggu rantai pasokan energi global. Prabowo-Gibran memiliki visi untuk melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi agar meningkatkan nilai tambah komoditas, menjawab tantangan strategis, dan mencapai agenda tersebut (Prabowo-Gibran 2024). Tulisan ini akan memperdalam bagaimana konsep hilirisasi yang akan menjadi visi pemerintahan ke depan dan pengaruhnya terhadap kebijakan luar negeri Indonesia.
Hilirisasi: Konsep, Potensi, dan Preseden Kebijakan Pemerintah
Menurut Fitriyani (2022), Hilirisasi merupakan strategi negara untuk meningkatkan nilai tambah komoditas yang dimiliki. Proses hilirisasi diharapkan mampu memperkuat industri serta menciptakan lapangan kerja baru (Fitriyani 2022). Kebijakan ini dilandasi oleh Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945. Pasal tersebut menjelaskan bahwa negara memiliki hak untuk mengelola kekayaan alam yang ada di dalamnya untuk menghasilkan manfaat yang maksimal bagi rakyat (Fitriyani 2022). Indonesia memiliki potensi besar untuk melakukan hilirisasi dengan memanfaatkan jumlah cadangan bahan baku yang melimpah. Adapun komoditas yang menjadi objek hilirisasi cukup beragam, mulai dari komoditas energi dan mineral hingga pertanian. Terdapat tiga komoditas yang menjadi sumber kekuatan dan daya tawar hilirisasi Indonesia, yaitu nikel, batubara, dan kelapa sawit.
Potensi Indonesia dalam hilirisasi nikel cukup besar. Menurut data Kementerian ESDM (2021), Indonesia di tahun 2020 memiliki jumlah nikel sebesar 143 juta ton dengan jumlah cadangannya sebesar 49 juta ton. Indonesia berhasil memproduksi nikel sebesar 0,76 juta ton, 30% dari total produksi di seluruh dunia. Indonesia di tahun 2020 berhasil meraih pendapatan dari industri nikel melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp2,97 triliun serta menyerap 3.232 Tenaga Kerja Indonesia (TKI) (Kementerian ESDM 2021). Tidak hanya nikel, batubara juga merupakan salah satu komoditas unggulan. Menurut laporan BP Statistical Review of World Energy tahun 2020, Indonesia menempati peringkat keenam di dunia dalam jumlah cadangan batubara sebesar 38,8 miliar ton (Kementerian ESDM 2021). Batubara dapat diolah menjadi produk alternatif untuk keperluan industri energi dan kimia domestik (Kementerian ESDM 2021). Industri batubara di tahun 2020 dapat menghasilkan Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan TKI sebesar Rp1,2 triliun, Rp2,6 triliun, serta 149.850 pekerja (Kementerian ESDM 2021).
Selain pada sektor energi dan mineral, sektor pertanian/perkebunan memiliki komoditas unggulan yang menjadi daya tarik untuk hilirisasi, yaitu kelapa sawit. Hal tersebut didasarkan pada track record Indonesia sebagai penghasil Crude Palm Oil (CPO) terbesar di dunia (Wardaningsih dan Wibowo 2022). Berdasarkan statistik yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) 2020, Indonesia berhasil memproduksi 48,3 juta ton dengan 27,63 juta diantaranya diekspor ke negara lain, atau 57,2% dari hasil produksi (Wardaningsih dan Wibowo 2022). Kelapa sawit memiliki 168 jenis diversifikasi produk CPO yang telah diolah di dalam negeri (Wardaningsih dan Wibowo 2022). Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mencatat pendapatan yang masuk sebesar 72,45 triliun tahun 2021, naik 241% dari pendapatan yang diterima tahun 2020 (Pahlevi 2022).
Terkait dengan pemanfaatan ketiga komoditas untuk hilirisasi, terdapat preseden kebijakan yang menunjukkan konsiderasi pemerintah terhadap isu ini. Kementerian ESDM (2021) telah memiliki road map hilirisasi nikel yang terdiri dari empat program. Program tersebut terdiri dari (1) menjaga ketahanan cadangan bahan baku; (2) optimalisasi dan efisiensi industri pengolahan; (3) pengembangan industri manufaktur; hingga (4) peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Road map ini dibagi ke dalam lima fase realisasi yang masing-masing selama lima tahun hingga 2045 (Kementerian ESDM 2021). Pada sektor batubara, pemerintah memiliki beberapa kebijakan strategis, seperti (1) Percepatan pembangunan Operasi Pabrik Gasifikasi Metanol dan DME; (2) Peningkatan Pabrik Karbonisasi; (3) Pembatasan Pembangunan PLTU serta Penggunaan IGCC untuk Pembangkit; (4) Implementasi Pemanfaatan Limbah Padat Industri Pembangkit Batubara; dan (5) Monitoring Dampak Lingkungan Industri Konversi Batubara (Kementerian ESDM 2021).
Pada sektor kelapa sawit, pemerintah memiliki beberapa kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan hilirisasi kelapa sawit. Program tersebut seperti menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ahli dalam pengolahan kelapa sawit melalui dana abadi Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) (Wardaningsih dan Wibowo 2022). Pada aspek peningkatan teknologi, pemerintah memiliki kebijakan untuk mendorong resin sustainable untuk peningkatan kualitas CPO (Wardaningsih dan Wibowo 2022). Pada aspek ketersediaan bahan baku, pemerintah berusaha untuk melakukan peremajaan serta peningkatan produktivitas lahan agar mampu menjamin pasokan bahan baku untuk kepentingan hilirisasi (Wardaningsih dan Wibowo 2022). Kebijakan tersebut menjadi upaya pemerintah dalam mendorong percepatan dan optimalisasi hilirisasi terhadap komoditas yang dimiliki negara. Hilirisasi diharapkan mampu menjawab tantangan global sehingga meningkatkan pengaruh Indonesia dalam tatanan internasional.
Mitra, Kompetitor, Pasar, Hingga Kesiapan Indonesia dalam Realisasi Hilirisasi
Indonesia memiliki mitra importir yang terdiri dari beberapa negara. Pada sektor nikel, terdapat lima negara tujuan ekspor Indonesia, yaitu Tiongkok, Australia, Singapura, Belanda, dan Prancis (OEC World 2024). Pada sektor batubara, Tiongkok (44%), India (20%), dan Filipina (7,2%) menjadi negara importir terbesar batubara Indonesia dalam bentuk thermal coal (Maguire 2023). Pada sektor kelapa sawit, India ($1,06 Triliun), Tiongkok ($839,9 Miliar), dan Pakistan ($425.7 Miliar) menjadi tiga destinasi utama ekspor CPO Indonesia (Lokadata 2018). Berdasarkan pada ketiga komoditas tersebut, dapat dilihat bahwa Tiongkok menjadi mitra paling penting Indonesia dengan mendominasi impor nikel dan batubara serta berada di peringkat kedua dalam jumlah impor kelapa sawit Indonesia.
Namun, Indonesia juga memiliki kompetitor dalam ekspor nikel, batubara, dan kelapa sawit. Filipina menjadi negara dengan nilai ekspor bijih nikel terbesar, yaitu senilai $1,29 Miliar (OEC World 2022a). Sedangkan, Indonesia hanya mampu mendapatkan nilai ekspor dari bijih nikel sebesar $50,4 juta (OEC World 2022a). Pada sektor batubara, Australia menjadi kompetitor terkuat Indonesia dengan nilai ekspor sebesar $49,7 Miliar. Sedangkan, Indonesia berada di posisi kedua dengan $20 Miliar (OEC World 2018). Pada sektor kelapa sawit, Malaysia menjadi kompetitor terkuat Indonesia dengan nilai ekspor mencapai $5 Miliar. Sedangkan, Indonesia berada di posisi kedua dengan $3.8 Miliar. Data sebelumnya menunjukkan bahwa kompetitor Indonesia berasal dari sesama wilayah Asia Tenggara dan Oceania yang juga berdekatan. Hal tersebut dapat berpotensi meningkatkan persaingan dagang secara regional yang berimplikasi pada meningkatnya ketegangan kawasan dalam aspek ekonomi.
Kabar baiknya, kebutuhan pasar internasional yang besar dan beragam memberikan Indonesia peluang untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Meskipun hanya meraih sedikit pasar pada ekspor bijih nikel, Indonesia menguasai pasar produk ferronickel sebagai salah satu produk olahan nikel. Indonesia menjadi eksportir terbesar dengan total pendapatan sebesar $13,6 Miliar, 70% dari nilai perdagangan dunia (19.4 Miliar) (OEC World 2022b). Pada industri batubara, Dimethyl Ether (DME) menjadi proyeksi hilirisasi Indonesia dengan menempati posisi ketiga eksportir di Asia Tenggara, dibawah Thailand dan Vietnam (Volza 2023). Pada sektor kelapa sawit, biodiesel sebagai produk hilirisasi kelapa sawit memiliki prospek yang menjanjikan. Biodiesel dapat menjadi alternatif bahan bakar yang rendah gas rumah kaca untuk menjaga kelestarian lingkungan. 80% Produksi Biomass-Based Diesel (BBD) terkonsentrasi di Eropa, Amerika Utara, Indonesia, dan Brazil (USDA 2023). Tingginya kebutuhan pasar atas olahan ketiga sumber daya tersebut tetap memberikan Indonesia peluang untuk memenuhi kebutuhan pasar di tengah adanya kompetitor. Hal tersebut dibuktikan dengan bagaimana Indonesia dapat merebut pasar ferronickel dan biodiesel dari kompetitor terdekat meski kalah dalam nilai ekspor sumber daya mentah.
Terkait dengan kesiapan, pemerintah harus mengkonsiderasi beberapa hambatan yang berasal dari domestik dan internasional. Larangan ekspor bijih nikel mengindikasikan adanya kebijakan proteksionisme terhadap industri dalam negeri. Namun, kalahnya Indonesia di WTO menjadi hambatan internasional yang menguji kesiapan Indonesia dalam menghadapi resiko apabila hilirisasi nikel terus dipertahankan (Winona 2022). Kalahnya Indonesia terhadap gugatan Uni Eropa (EU) juga berimbas pada batubara dimana EU menerapkan gugatan yang serupa (Winona 2022). Pada sektor kelapa sawit, teknologi yang terbatas dan produktivitas yang rendah menjadi hambatan domestik Indonesia dalam hilirisasi kelapa sawit (Wardaningsih dan Wibowo 2022). Oleh karena itu, kesiapan pemerintah dapat diukur dari bagaimana pemerintah mampu menyelesaikan hambatan domestik dan internasional yang mengganggu kelancaran dari hilirisasi. Apabila hambatan sebelumnya mampu diatasi, hilirisasi dapat memberikan keuntungan besar bagi negara dan meningkatkan pengaruh Indonesia dalam tatanan internasional.
Kesimpulan
Terpilihnya pasangan Prabowo-Gibran pada Pemilu 2024 membawa konsekuensi pada orientasi kebijakan luar negeri Indonesia. Agenda peningkatan pengaruh Indonesia dalam tatanan internasional menjadi target yang salah satunya dicapai melalui keberlanjutan hilirisasi dan industrialisasi. Indonesia yang dikenal sebagai negara kaya akan sumber daya alam sehingga berpotensi besar untuk meraup keuntungan dan pengaruh internasional melalui hilirisasi tiga komoditas utamanya, yaitu nikel, batubara, dan kelapa sawit. Peningkatan nilai tersebut dicapai dengan road map negara secara bertahap hingga tahun 2045. Indonesia memiliki beberapa mitra utama yang dapat menjadi target destinasi produk hilirisasinya.
Meskipun usaha untuk mencapai potensi maksimal telah diupayakan, terdapat kompetitor yang juga menjadi pemain utama dalam perdagangan internasional. Namun, situasi tersebut tidak berarti dapat menghilangkan harapan Indonesia untuk masuk dalam persaingan dikarenakan pasar internasional membutuhkan Indonesia sebagai pemain di dalamnya. Keberhasilan dari kebijakan hilirisasi ditentukan oleh seberapa siap pemerintah menghadapi tantangan yang timbul dari dalam dan luar. Oleh karena itu, perhitungan yang matang dan momentum yang tepat dalam memanfaatkan hilirisasi menjadi kunci bagi Indonesia untuk meningkatkan pengaruh secara internasional.
Referensi
Asia News Network, 2024. “World leaders start congratulating Prabowo as he takes preliminary election lead” [daring]. Dalam https://asianews.network/world-leaders-start-congratulating-prabowo-as-he-takes-preliminary-election-lead/ [diakses 7 Maret 2024].
CSIS Indonesia, 2024. “Rilis Pers Quick Count CSIS Indonesia dan Cyrus Network” [daring]. Dalam https://www.csis.or.id/publication/rilis-pers-quick-count-csis-indonesia-dan-cyrus-network/ [diakses 7 Maret 2024].
Fitriyani, Aliyyah Damar, 2022. “Hilirisasi Bahan Tambang: Sebuah Upaya Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat” [daring]. Dalam https://setkab.go.id/hilirisasi-bahan-tambang-sebuah-upaya-peningkatan-kesejahteraan-masyarakat/ [diakses 7 Maret 2024].
Kementerian ESDM, 2021. “GRAND STRATEGY MINERAL DAN BATUBARA: Arah Pengembangan Hulu Hilir Mineral Utama dan Batubara Menuju Indonesia Maju.” Jakarta: Kementerian ESDM.
Lokadata, 2018. “10 negara tujuan ekspor minyak kelapa sawit terbesar Indonesia” [daring]. Dalam https://lokadata.beritagar.id/chart/preview/10-negara-tujuan-ekspor-minyak-kelapa-sawit-terbesar-indonesia-1531512103 [diakses 13 Maret 2024].
Maguire, Gavin, 2024. “Indonesia fires thermal coal exports to new highs” [daring]. Dalam https://www.reuters.com/markets/commodities/indonesia-fires-thermal-coal-exports-new-highs-2023-11-09/ [diakses 13 Maret 2024].
OEC World, 2024. “Nickel ore in Indonesia” [daring]. Dalam https://oec.world/en/profile/bilateral-product/nickel-ore/reporter/idn [diakses 13 Maret 2024].
OEC World, 2022a. “Nickel ores and concentrates” [daring]. Dalam https://oec.world/en/profile/hs/nickel-ore [diakses 13 Maret 2024].
OEC World, 2022b. “Ferro-Nickel” [daring]. Dalam https://oec.world/en/profile/hs/ferro-nickel?redirect=true [diakses 15 Maret 2024].
OEC World, 2018. “Coal: Classification 503222 for Standard International Trade Classification (SITC)” [daring]. Dalam https://oec.world/en/profile/sitc/coal-503222 [diakses 15 Maret 2024].
Prabowo-Gibran, 2024. “ Visi, Misi, dan Program Calon Presiden dan Wakil Presiden 2024–2029 H. Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.” Jakarta: Prabowo-Gibran.
Pahlevi, Reza, 2024. “Berkat Ekspor Sawit, Pendapatan BPDPKS Melonjak 241% pada 2021.” Jakarta: Databoks.
USDA, 2023. “Growing Demand for Fats and Oils Due to Global Biodiesel Expansion” [daring]. Dalam https://fas.usda.gov/data/growing-demand-fats-and-oils-due-global-biodiesel-expansion [diakses 15 Maret 2023].
VOI, 2024. “State Leaders Who Congratulate Prabowo Subianto, Russia To England” Daring. Dalam https://voi.id/en/news/358080#google_vignette [diakses 7 Maret 2024].
Volza, 2024. “Dimethyl ether Exports from World” [daring]. Dalam https://www.volza.com/p/dimethyl-ether/export/ [diakses 15 Maret 2024].
Wardaningsih, Rika, dan Wibowo, Adhi, P., S., 2022. “Peluang dan Tantangan Hilirisasi Industri Kelapa Sawit Indonesia.” Jakarta: Buletin APBN DPR RI, Vol. 8.
Winona, Christina, Vania, 2022. “Industri Nikel Indonesia Pasca Sengketa Perdagangan dengan Uni Eropa.” Yogyakarta: CWTS UGM.